Posts

Showing posts from November, 2017

J.J. Mearsheimer: Arogansi Para Realis

Image
John J. Mearsheimer adalah seorang akademisi yang dapat dikatakan menyaingi Machiavelli [1] dalam hal reputasinya sebagai sosok amoral yang senantiasa menunjukkan kebenaran dunia dengan apa adanya, seburuk apapun kebenaran tersebut. Realisme, bagi Mearsheimer, merupakan kebenaran yang sulit diterima ( harsh truth ). Di balik retorika-retorika berbasis nilai yang dikampanyekan negara, hanya realisme yang sanggup melihat kebenaran bahwa semua negara pada dasarnya adalah amoral dan hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Pemahaman inilah yang membuat Mearsheimer memandang cap ‘realis’ yang diberikan kepadanya dengan bangga dan memotivasinya untuk senantiasa membela realisme ketika paradigma lain menyerangnya (Kaplan, 2012). Salah satu tulisan Mearsheimer yang membuktikan hal ini adalah “A Realist Reply” yang ditulis pada tahun 1995. “A Realist Reply” merupakan sebuah tulisan yang dibuat untuk mensignifikasi teori Mearsheimer dalam tulisan “The False Promise of Institutions” sekaligu

Haris Azhar: Hukuman Mati adalah Kejahatan Negara di Balik Selubung Formalitas

Image
Pada hari Rabu, 25 Oktober 2017, kelas HAM & Demokrasi kedatangan seorang dosen tamu, beliau adalah Haris Azhar, mantan koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS). Jika Anda mengikuti pemberitaan mengenai hukuman mati Freddy Budiman, The Indonesian Drug Kingpin, Haris ini adalah salah satu tokoh yang paling keras menentang vonis yang dijatuhkan pada Freddy. Haris juga kemudian membeberkan fakta mengenai keterlibatan Polri dalam jaringan bisnis narkoba di Indonesia dan mengatakan bahwa hukuman mati terhadap Freddy hanyalah wujud pengalihan isu dan penghilangan bukti testimonial – menunjukkan seolah-olah Kepolisian Republik Indonesia telah berbuat sesuatu untuk memberantas peredaran narkoba, bukan sebaliknya.  Akibatnya, Haris kemudian dilaporkan oleh kepolisian, tentara dan BNN atas dasar pencemaran nama baik. Tidak sedikit pula masyarakat Indonesia yang menyudutkan Haris, menuduh kalau beliau lebih senang membela ‘pengedar busuk’ diban