Posts

Act of Killing: Menyingkap Kejahatan Negara

Image
Tulisan ini merupakan resume dari bedah film "Act of Killing" yang dilaksanakan oleh Divisi Kajian Himpunan Mahasiswa HI Paramadina pada 28 Maret 2013 Selama rezim Orde Baru, Partai Komunis Indonesia (PKI) disimbolisasikan sebagai sosok penjahat yang berusaha merusak ideologi kebangsaan Indonesia, Pancasila. Sepanjang rezim itu pula, tidak pernah masyarakat di tanah air memiliki kesempatan untuk memahami Komunisme. Masyarakat tempo itu memahami komunisme seperti yang dipropagandakan rezim otoriter bahwa komunisme tidak lain adalah atheisme atau ide mengenai peniadaan Tuhan. Dengan kata lain, menjadi anggota PKI bukan saja berarti mengkhianati bangsa, namun juga mengkhianati nilai-nilai Ketuhanan yang dianggap absolut oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Atas dasar itulah, pembantaian terhadap anggota PKI di tahun 1965 kemudian mendapatkan justifikasinya. Film “Act of Killing” adalah film yang benar-benar mampu melukiskan peristiwa pembantaian PKI di tahun 1965. Da...

Bahasa Arab dan pengaruhnya terhadap Bahasa Indonesia

Image
Bahasa merupakan pintu gerbang menuju dunia. Tanpa penguasaan terhadap bahasa, seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain dan tidak dapat melakukan pertukaran informasi. Demi mencegah hal tersebut, bahasa Indonesia pun diciptakan agar seluruh orang Indonesia dapat saling berkomunikasi satu sama lain dan meningkatkan rasa nasionalismenya terhadap Republik Indonesia. Namun bahasa Indonesia, selayaknya seluruh bahasa di dunia, tidaklah berdiri sendiri tanpa mendapat pengaruh dari bahasa asing.

Movie Review: Argo

Image
Pertama kali aku mendengar soal film Argo adalah ketika aku membaca headline Kompas yang memberitakan mengenai pemenang Academy Awards atau yang biasa kita kenal dengan Oscar. Seperti yang kita ketahui, film Argo yang disutradarai dan dibintangi oleh Ben Affleck memenangkan penghargaan Best Pictures. Didorong oleh rasa penasaran, aku pun mencari film ini dan menontonnya.

Periodisasi Politik Luar Negeri Republik Indonesia

Image
Masa Orde Lama  Pada masa Orde lama, sistem pemerintahan Indonesia yang menganut sistem Demokrasi Terpimpin mengakibatkan Politik Luar Negeri Republik Indonesia (PLN-RI) menjadi bersifat sangat ideosinkretik atau Soekarno-sentris. Oleh sebab itu, sifat anti-westernisasi dan anti-imperialisasi, yang dimiliki Soekarno, sangat kental terlihat pada PLN RI di masa Orde Lama. Selain itu, pendekatan yang digunakan oleh PLN RI cenderung bersikap globalis atau berusaha untuk menyatukan seluruh negara di dunia.

Tiga Aspek Kedaulatan Negara

Image
Kedaulatan adalah tujuan akhir negara. Tanpa kedaulatan, negara tidak akan memiliki otoritas untuk menjalankan fungsi-fungsinya. Dengan kata lain, kedaulatan adalah ruh dari negara yang tanpa memilikiknya, negara hanyalah tinggal seonggok raga yang tak hidup. Pada dasarnya, terdapat tiga aspek yang harus diperhatikan agar negara dapat memperoleh dan mempertahankan kedaulatannya.

Asumsi Dasar Liberalisme: Studi Kasus Konflik Laut China Selatan

Image
Pada Maret 2009, Pentagon melaporkan bahwa terdapat kapal milik China yang mengganggu kapal pengawasan dari United States Naval Ship (USNS) yang melintas di Laut China Selatan. Pada tanggal 26 Mei 2011 muncul pertikaian antara kapal Vietnam dengan tiga kapal marinir patroli China karena pemotongan kabel kapal. April 2012, kapal perang Filipina yang bernama Gregorio del Pilar bertikai dengan dua kapal pengawas China di kawasan Scarborough, yang diakui sebagai teritori kedua negara. Peristiwa-peristiwa yang terjadi tersebut merupakan bagian dari sebuah peristiwa besar yang dikenal sebagai Konflik Laut China Selatan. Konflik Laut China Selatan adalah konflik perbatasan yang melibatkan lima negara yang terdiri dari China, Vietnam, Philipina, Malaysia, dan Brunei. Konflik ini bermula di tahun 1992 ketika China yang pada waktu itu kekuatan ekonomi dan militernya mulai menanjak naik tiba-tiba mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan sebagai wilayah teritorinya. Permasalahan p...

Perjuangan Diplomatik Indonesia: Perjanjian Penghentian Permusuhan antara Indonesia dan Belanda

Image
Dalam sebuah pidatonya, beberapa hari setelah perjanjian Renville ditandatangani, Bung Hatta pernah menanyakan kepada rakyat Indonesia, “Apakah perjuangan kemerdekaan kita telah mengalami kemunduran?” Pertanyaan ini dilontarkan karena melihat kekecewaan yang dalam dari segenap rakyat Indonesia begitu mengetahui bahwa wilayah Indonesia semakin berkurang akibat perjanjian Renville. Banyak juga yang beranggapan lebih baik melanjutkan perjuangan bersenjata, daripada perjuangan diplomatik. Sebab bangsa Indonesia saat itu berpikir lebih baik mati di tangan penjajah daripa menyerahkan sebagian tanah airnya. Mengetahui hal itu, Bung Hatta kemudian menjawab pertanyaannya sendiri dengan tegas, ”Tidak, perjuangan kita justru sedang mengalami kemajuan!”