Donald E. Weatherbee: 50 Tahun ASEAN Bukanlah Indikator Keberhasilan Regionalisme


Weatherbee dalam tulisannya yang berjudul "ASEAN and Regionalism in Southeast Asia" berusaha menganalisis klaim-klaim yang menyatakan bahwa setelah Uni Eropa, ASEAN merupakan organisasi regional yang paling sukses menjalankan tugasnya. Weatherbee melihat bahwa meskipun ASEAN memang berhasil membuat iklim kooperatif di Asia Tenggara, namun ASEAN masih belum mampu untuk menerapkan lembaga-lembaga suprasional yang dapat membuat ASEAN lebih otoritatif di Asia Tenggara sendiri. Dari fakta sederhana inilah, Weatherbee kemudian berusaha untuk mengukur secara objektif, hal-hal yang umum dianggap sebagai indikator kesuksesan ASEAN sebagai organisasi regional.

Salah satu indikator yang kerap dijadikan dasar bagi orang-orang yang menilai kesuksesan ASEAN adalah usianya yang kini telah lebih dari lima puluh tahun. Indikator ini menunjukkan bahwa ASEAN yang kini berusia lima puluh tahun telah menjadi bukti konkret bahwa organisasi tersebut telah menjadi dewasa dan mampu meredam konflik-konflik kepentingan di regionalnya yang berpotensi meruntuhkan ASEAN itu sendiri.

Namun, Weatherbee melihat bahwa panjang umurnya ASEAN bukanlah disebabkan dari kepemimpinan organisasi ASEAN sendiri, melainkan karena kepemimpinan dari salah satu negara anggotanya yaitu Indonesia. Weatherbee menganalisis bahwa dalam berbagai konflik kepentingan di ASEAN, Indonesia selalu memainkan peran penting untuk mendamaikan pihak-pihak yang berkonflik melalui metode musyawarah dan mufakat yang dimilikinya. Pada perkembangannya, metode musyawarah dan mufakat ini pun menjadi basis fundamental dari metode ASEAN untuk menyelesaikan konflik di regionalnya yang kerap disebut dengan ASEAN Way. Weatherbee menybutkan bahwa secara praktis, ASEAN lebih membutuhkan Indonesia daripada Indonesia membutuhkan ASEAN. Hal ini mengindikasikan bahwa bertahannya ASEAN sampai sekarang bukanlah disebabkan oleh kedewasaan organisasi itu sendiri, melainkan karena kepemimpinan satu negara anggotanya.

Pada akhirnya, Weatherbee menyimpulkan bahwa ASEAN sebagai sebuah organisasi regional masih belum mampu memenuhi ekspektasi para teoritisi regionalisme yang berharap agar ASEAN dapat lebih berperan dalam hubungan internasional di Asia Tenggara. Hal ini terutama ditunjukkan dari dominansi Indonesia dalam ASEAN. Namun, kurangnya peran ASEAN di Asia Tenggara adalah akibat dari konstitusi ASEAN yang membuatnya menjadi organisasi regional lepas yang tidak mengikat anggota-anggotanya untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan ASEAN apalagi untuk mengikutinya. Oleh sebab itu, selama konstitusi ini tidak diamandemen, maka sebanyak apapun orang seperti Weatherbee yang mengkritik ASEAN tidak akan membuatnya berubah.

Comments

Popular posts from this blog

Kemerosotan Norma Keamanan Manusia dalam Kebijakan Imigrasi Australia Pasca-1992

Memahami Konstruktivisme

Richard Ned Lebow: Mengkonsepsi Ulang Ide Konstruksi Identitas 'Self' dan 'Other'

Memahami Politik Identitas

Pengaruh Ideologi Konfusianisme terhadap Hubungan Diplomatik Vietnam – China Kontemporer