Kita Semua adalah Aktor Hubungan Internasional


Selamat datang di abad ke-21! Sebuah abad dimana arus globalisasi sudah sedemikian kencangnya hingga batas-batas negara kini rasanya sudah tidak ada lagi. Setiap manusia saat ini memiliki kesempatan yang sama untuk dapat merubah dunia. Oleh sebab itu, persaingan antarmanusia di panggung internasional kini bukanlah hal yang aneh lagi. Dapat dikatakan bahwa sekarang sudah bukan saatnya lagi membicarakan persaingan antara Bali dengan Lombok, melainkan harus Bali dengan Hawaii. Kemudian segala hal yang disebut dengan nasionalisme itu, kini rasanya sudah bukan masanya lagi untuk diagung-agungkan. Akan tiba masa dimana seluruh dunia akan berintegrasi menjadi satu kesatuan yang benar-benar solid dan untuk dapat mewujudkannya maka segala pintu-pintu yang ditutup dengan alasan kesombongan nationality harus segera dibuka. Bekerjasama dengan siapapun kini menjadi sebuah pilihan yang harus diambil.


Dengan mengetahui semua hal itu, maka kita harus menyadari bahwa masing-masing dari diri kita adalah seorang aktor internasional. Segala hal yang kita perbuat akan berpengaruh pada dunia internasional tanpa kita sadari. Terutama jika perbuatan kita itu dilakukan dalam lembaga-lembaga seperti IGO, NGO, dan MNC yang merupakan ciri khas abad ini.

Dengan bekerja pada lembaga-lembaga itu, kita dapat mempengaruhi peta politik dunia. Dengan bekerja di MNC, kita dapat turut serta meraup keuntungan dari resources negara lain sembari membangun kesejahteraan mereka. Dengan menjadi bagian dari IGO, kita dapat memfasilitasi forum-forum lintas negara yang dapat menentukan arah politik dunia ke depannya. Dengan turut serta dalam kegiatan yang dibuat NGO, kita dapat bersikap kritis atau mendukung suatu tindakan yang dilakukan MNC dan IGO. Selain itu, masih banyak lagi yang dapat kita lakukan dan semuanya dapat merubah dunia ini.

Namun, muncul pertanyaan, kalau globalisasi itu sedemikian baik, mengapa masih ada saja negara yang sangat terpuruk di Afrika sana? Hal ini  sebenarnya masih menjadi pro-kontra, wether globalisasi adalah sebuah obat atau racun bagi dunia ini. Jawabannya adalah tergantung wilayahnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya di semester satu, globalisasi pada dasarnya adalah sebuah kesempatan yang diberikan bagi setiap negara di dunia. Selanjutnya adalah terserah bagi setiap negara untuk menjadikannya sebuah penyembuh bagi negaranya atau menjadikannya sebuah racun bagi negara lain.

Dalam kasus Afrika, negara-negara di sana kebanyakan memang tidak dapat menggunakan kesempatan yang diberikan oleh Globalisasi dengan baik. Penyebabnya adalah konflik internal berkepanjangan di sana yang menyebabkan mereka terlau berfokus pada masalah internal. Akibatnya orientasi PLN mereka menjadi cenderung mengisolasi dirinya. Dapa dikatakan saat negara-negara di dunia sedang sibuk melakukan perdagangan internasional, negara-negara Afrika sedang sibuk dengan perang saudara di dalam negeri mereka.

Setelah diselidiki, ternyata penyebab utama dari konflik berkepanjangan dari Afrika adalah blessing mereka sendiri, yaitu kelimpahan sumber daya alam. Mereka telah terjebak dalam kutukan yang diberikan sumber daya alam, yaitu kutukan keserakahan. Penyebab utamanya adalah sumber daya alam milik mereka, diamond, yang begitu mudah didapatkan oleh setiap orang hingga perebutan terus terjadi. Lebih lagi dengan penjualan diamond tersebut mereka dapat dengan mudah membeli senjata untuk membuat kekacauan lebih lanjut. Sungguh benar apa yang dikatakan cendekiawan Inggris dahulu bahwa great resources is a curse and not a blessing.

Dengan belajar dari kasus Afrika, tentu wajar jika kita mengatakan saat ini kepemilikan atas resources bukanlah sesuatu yang bermanfaat lagi. Lihatlah daftar orang-orang terkaya di seluruh dunia, dari antara mereka tidak ada satu pun yang merupakan penguasa sumber daya alam ataupun raja minyak yang sekarang merupakan barang langka. Para penguasa kekayaan dunia tersebut justru adalah CEO di perusahaan teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini adalah abad pemikiran. Sebuah gagasan yang dapat menggantikan keberadaan minyak tentu jauh lebih berharga dibandingkan minyak itu sendiri. Jadi ingatlah bahwa saat ini adalah masa dimana pertarungan yang terjadi adalah pertarungan ide, bukan lagi pertarungan resources.

Sekarang kembali ke Afrika lagi, kita tentu melihat bahwa telah Human Security di sana sangatlah minim sekali. Setiap hari mungkin bisa terjadi pembunuhan atas seorang manusia dan tidak ada hukum yang dapat menanganinya apalagi mencegahnya. Keadaan semacam inilah yang biasanya akan menimbulkan sebuah peristiwa yang dikenal dengan Global Refugee Crisis atau masalah pengungsi global.

Menurut definisinya sendiri, pengungsi yang sedang kita bahas ini adalah individu atau sekelompok orang yang terpaksa keluar dari negerinya karena menjadi target politis atau merasa tidak aman. Penyebabnya biasanya adalah karena ras, agama, keyakinan, atau gerakan politik. Orang-orang yang merasa tidak aman di dalam negerinya sendiri ini kemudian akan meminta bantuan suaka dari negeri lain.

Negeri yang akan dipilih oleh para pengungsi ini tentunya adalah negeri yang menjunjung tinggi HAM dan dapat memastikan keamanan mereka. AS biasanya adalah pilihan yang sangat baik karena selain sebagai land of freedom terluas, persyaratan mnejadi warga AS pun sangatlah mudah. 

Comments

Popular posts from this blog

Kemerosotan Norma Keamanan Manusia dalam Kebijakan Imigrasi Australia Pasca-1992

Memahami Konstruktivisme

Richard Ned Lebow: Mengkonsepsi Ulang Ide Konstruksi Identitas 'Self' dan 'Other'

Memahami Politik Identitas

Pengaruh Ideologi Konfusianisme terhadap Hubungan Diplomatik Vietnam – China Kontemporer