Richard Ned Lebow: Mengkonsepsi Ulang Ide Konstruksi Identitas 'Self' dan 'Other'


Richard Ned Lebow dalam tulisannya, “Identity and International Relations” mencoba memberikan pemahaman baru yang lebih kompleks dan empiris terhadap filosofi politik identitas dalam hubungan internasional, khususnya dalam hal konsepsi diri sendiri (self) dan lainnya (other). Hal ini dilakukannya guna menampik asumsi yang umum digunakan oleh sarjana Hubungan Internasional dan dipopulerkan serta didukung oleh beberapa filsuf terkenal (cont: Kant, Hegel, Schmitt, Huntington, Foucalt) bahwa hubungan antarnegara harus selalu didasari oleh konstruksi identitas negatif terhadap negara lain (other) dan konstruksi identitas positif terhadap negara sendiri (self) demi membangun negara yang kokoh dan memperkuat solidaritas nasional. Lebow berargumen bahwa asumsi yang dikemukakan di atas sangat minim dalam hal bukti empiris, sehingga tidak dapat dijadikan tesis bagi studi politik identitas dalam hubungan internasional. Lebow kemudian menawarkan sebuah antitesis bagi asumsi di atas yang menjelaskan bahwa sesungguhnya negara tidak membutuhkan konstruksi negatif terhadap negara lain untuk memperkuat negara itu sendiri. Sebaliknya, negara justru dapat memperkuat dirinya dengan membangun hubungan baik dengan negara lain melalui dialog dan interaksi. Lebow membangun antitesis ini melalui pemikiran Nietzche dan studi psikologi serta bukti empiris dari epos Iliad yang dibuat di masa Yunani Kuno.

Mengutip Nietczhe, Lebow menjelaskan bahwa manusia secara prinsipal adalah makhluk yang senang berdialog. Hal ini dikarenakan manusia menyadari bahwa mereka menyadari akan kerapuhan dari sebuah kebenaran. Melakukan dialog akan membantu manusia untuk saling memahami kebenaran yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Oleh sebab itu, dialog dapat menjadi alternatif bagi pembangunan negara selain konstruksi negatif terhadap negara lain (other). Studi psikologi mendukung lebih jauh pernyataan Nietzhe dengan mengatakan bahwa sebuah kelompok dalam (ingroup) tidak memerlukan adanya konstruksi negatif terhadap kelompok luar (outgroup). Dengan mengutip Gordon Allport, Lebow menjelaskan bahwa ingroup secara psikologis adalah konsepsi primer yang berkembang sebelum adanya konsepsi tentang outgroup. Ditambah lagi, solidaritas ingroup dapat tercipta baik melalui sikap positif maupun negatif terhadap outgroup. Hal ini dibuktikan melalui survey yang menyatakan bahwa manifestasi solidaritas ingroup, seperti patriotisme dan nasionalisme, secara konseptual adalah berbeda dari konstruksi negatif yang diberikan terhadap outgroup.

Untuk menunjukkan bukti empirisnya, Lebow mengacu pada epos terkenal yang ditulis di zaman Yunani Kuno, yaitu Iliad. Iliad adalah epos yang bercerita mengenai peperangan antara bangsa Yunani dan bangsa Troya. Epos ini diceritakan secara turun temurun kepada seluruh masyarakat Yunani untuk membentuk kepribadian mereka. Dengan kata lain, epos ini adalah bentuk konstruksi identitas diri sendiri (self) yang dilakukan oleh masyarakat Yunani. Menurut Lebow, Iliad kendati merupakan bentuk konstruksi identitas sendiri (self) tidak pernah membangun konstruksi negatif terhadap bangsa Troya yang secara prinsipal merupakan other bagi masyarakat Yunani. Sebaliknya, Iliad justru membangun konstruksi yang sangat positif bagi bangsa Troya dan menunjukkan keunggulan mereka dibandingkan bangsa Yunani. Hasilnya, pahlawan-pahlawan Troya, seperti Hector menjadi salah satu role model bagi masyarakat Yunani. Wanita-wanita Troya, seperti Hecuba dan Andromache menjadi contoh bagi wanita ideal untuk masyarakat Yunani.

Lebih dari itu, epos Iliad juga menggambarkan betapa buruknya perangai masyarakat Yunani yang digambarkan oleh kekejaman Achilles dalam membunuh Hector dan menyeret mayatnya dengan kereta kuda serta keserakahan Kaisar Agamemnon dalam menguasai jazirah Eropa. Epos Iliad kemudian berusaha menunjukkan bahwa perangai kasar tersebut mampu ditekan setelah Achilles bertemu dengan Priam, raja Troya, yang meminta agar Achilles mengembalikan Hector, anaknya. Digambarkan dalam Epos tersebut bahwa Achilles mengagumi kebijaksanaan (wisdom) yang dimiliki Priam, sementara Priam mengagumi kehormatan (honour) yang dimiliki Achilles. Melalui pertemuan itu, Yunani dan Troya menjadi saling mengerti satu sama lain serta saling menyadari potensi mereka yang belum tercapai. Walaupun epos Iliad berakhir dengan ending yang tragis dimana Achilles akhirnya mati terbunuh oleh Paris, adik Hector, sementara Priam tewas bersama hancurnya kastil Troy, namun Epos Iliad meninggalkan ide bagi masyarakat Yunani bahwa tidak seperti Priam dan Achilles, mereka dapat membentuk identitas baru yang lebih baik dengan memanfaatkan teks epos ini.

Tulisan Richard Ned Lebow terkait antitesis bagi konsepsi self dan other dalam hubungan internasional memang memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan berbeda dari pemahaman yang umum kita dapatkan dari Kant dan hegel. Namun, Lebow tetap belum mampu menegasikan tesis bahwa identitas negara yang kokoh dapat dibangun melalui konstruksi identitas negatif terhadap negara lain. Sebab hal tersebut memang dapat dilakukan dan sudah sering dilakukan serta sudah tercatat keberhasilannya. Bangsa Indonesia, tanpa membangun konstruksi negatif terhadap Belanda, tidak akan terlahir dan menjadi negara pemimpin dunia ke-3 di tahun 50-an. Amerika Serikat, tanpa membangun konstruksi negatif terhadap komunis, tidak akan dapat memenangkan Perang Dingin. Oleh sebab itu, antitesis yang coba ditawarkan oleh Lebow tidaklah menjadi antitesis bagi pemikiran Kant dan Hegel, namun hanya sekedar penawaran baru yang belum terbukti keefektifannya jika digunakan oleh negara. Sebab Lebow hanya menekankan bahwa penggunaan cara berpikir seperti yang ditawarkannya akan mengarah pada peningkatan penggalian terhadap potensi manusia. Lebow tidak pernah membuktikan bahwa pemikirannya akan menjadi lebih efektif dalam membangun negara yang kokoh dan solidaritas nasional dibandingkan pemikiran yang sudah umum dipahami. Kesimpulannya, Lebow hanya membuktikan bahwa tawarannya bisa dilakukan, setidaknya dalam masyarakat Yunani, namun belum dapat membuktikan bahwa tawarannya lebih baik dari tesis politik identitas yang sudah ada.

Comments

Popular posts from this blog

Bahasa Arab dan pengaruhnya terhadap Bahasa Indonesia

Organisasi Regional

Memahami Konstruktivisme

Calon dan Kriteria Negara Maju di Kawasan Asia (Kriteria 1: Penerapan Pasar Bebas)

Sejarah dan Praktek Regionalisme Asia Tenggara