Posts

Showing posts from 2014

Capitalism, A Love Story: Perang melawan Kapitalisme

Image
Tulisan ini merupakan resume dari diskusi film Capitalism, A Love Story yang diadakan oleh HIMAHI Paramadina pada 20 September 2013 1,000 tahun setelah Imperium Suci Romawi runtuh, peradaban kita menilai peradaban tersebut sebagai peradaban yang mengkerdilkan manusia, membatasi ruang kreasinya, dan menindasnya habis-habisan. 1,000 tahun setelah peradaban kita runtuh, orang-orang di peradaban masa depan mungkin akan menilai peradaban kita sebagai sebuah peradaban yang bukan hanya menindas manusia, namun juga mengeksploitasinya habis-habisan demi kepentingan segelintir orang saja. Itulah kiranya pesan yang ingin disampaikan Michael Moore melalui film-nya yang berjudul Capitalism: A Love Story.

Memahami Aktor Non-Negara dan Permasalahannya

Image
Hubungan Internasional adalah sebuah studi sekaligus sebuah realita. Mereka yang mengaku akademisi HI adalah orang-orang yang berada di luar realita HI itu sendiri. Mereka memang membicarakan perdagangan bebas, namun tidak melakukan perdagangan bebas sama sekali. Jarak yang diciptakan oleh akademisi HI terhadap realita HI ini membuat tindakan mereka terbatas hanya pada melakukan ulasan, analisis, rekomendasi, atau kritik terhadap realita HI. Realita HI mensyaratkan adanya aktor karena HI tidak dapat berlangsung tanpa adanya aktor yang saling berinteraksi. Menurut sejarahnya, aktor yang pertama kali mempraktekkan HI adalah negara. Oleh sebab itu, akademisi HI generasi awal menyimpulkan bahwa Hubungan Internasional terjadi akibat interaksi antarnegara dan kompleksitas yang terjadi dalam interaksi tersebut. Akan tetapi, perkembangan ilmu HI menemukan bahwa negara bukanlah satu-satunya aktor yang berkontribusi terhadap HI. Ditemukanlah konsep aktor non-negara.

Blood Diamond: Refleksi KAA 1955 dalam Konflik Berdarah Berlian Sierra Leone

Image
Tulisan ini merupakan resume dari diskusi film "Blood Diamond" yang dilaksanakan oleh HIMAHI Paramadina pada 18 April 2013 18 April, 59 tahun yang lalu, sebuah konferensi yang dihadiri oleh 29 negara, yang mewakili lebih dari separuh penduduk dunia, digelar di Bandung, Indonesia. Pada pertemuan yang dinamai Konferensi Asia-Afrika (KAA) tersebut, Presiden Soekarno telah menyerukan kepada seluruh negara di Asia dan Afrika untuk menyatukan sikap melawan imperialisme Barat. Pada pertemuan tersebut, Indonesia telah menginjeksikan sebuah mimpi kepada bangsa-bangsa yang pernah tertindas bahwa mereka semua mampu menjadi bangsa yang besar, sejajar dengan negara-negara Barat yang pernah menindas mereka. Seharusnya, KAA dapat menjadi langkah awal untuk mewujudkan mimpi tersebut. Namun, 59 tahun telah berlalu, dan mimpi yang dibangun dalam KAA 1955 tetap menjadi mimpi. Pada hari ini, kita dapat melihat bahwa bangsa-bangsa Asia dan Afrika masih dilanda perpecahan. Di Asia, perpecaha

100th Post: Just Some Rant to Celebrate this Awesomeness

Image
Aku tidak menyangka, blog Peaceful Anarchy sudah memiliki 100 post sekarang dengan total pageview sebanyak 22,489. Ini memang bukan pencapaian yang luar biasa jika dibandingkan dengan blog-blog yang lebih sukses lainnya, tapi ini sesuatu yang berarti bagiku. Aku sungguh ingin mengucapkan terimakasih pada semua yang telah mengunjungi blog ini, apalagi yang meninggalkan komentar. Semua itu memberikanku motivasi untuk terus mengisi blog ini dan juga memberi motivasi padaku secara pribadi untuk membuatku merasa sedikit berguna bagi orang lain haha. Blog ini kubuat empat tahun yang lalu, waktu itu aku sedang sangat tertarik pada dunia blogging setelah disuruh pacarku untuk mengisi blognya. I realized that blogging is really fun dan aku terpikir kenapa aku tidak coba membuat blog-ku sendiri. Aku belajar dari Raditya Dika, bahwa blog yang menarik adalah blog yang sangat personal dan berisi cerita-cerita lucu. Sayangnya aku bukan orang yang cukup terbuka untuk membeberkan kisah-kisah h

Pasifik, Kawasan yang Tak Boleh Diabaikan

Image
Ketika Obama berkunjung ke Australia dan menyatakan akan menaruh armada militer AS di pangkalan militer Darwin, dunia terkejut, tidak terkecuali Australia yang menerima AS sewaktu itu. Australia pada dasarnya telah menjalin sejumlah hubungan yang baik dengan rekan kulit kuningnya, China, dalam sejumlah perjanjian dagang. Tercatat ketika itu ekspor Australia ke China jauh lebih besar daripada ekspor Australia ke AS.  Bagi Australia, menerima kehadiran militer AS di pantainya sama artinya dengan mengusir China, yang merupakan saingan AS, dari negaranya. Pun begitu, Australia tidak dapat menolak kebijakan AS tersebut karena AS, bagi Australia, merupakan sahabat lama yang telah banyak berjasa baginya. Kasus tersebut menunjukkan bagaimana negara Australia dan Pasifik menjadi objek perebutan kekuatan besar dunia. Suatu hal yang sebetulnya sudah terjadi semenjak lama.

Calon dan Kriteria Negara Maju di Kawasan Asia (Kriteria 7: Perhatian terhadap Pendidikan)

Image
Sepanjang sejarah, seluruh peradaban besar selalu dikaitkan dengan perhatiannya terhadap pendidikan. Setiap peradaban besar yang pernah ada di dunia pasti memiliki pusat pendidikan yang menjadi panutan dari seluruh orang di dunia. Inilah yang terjadi pada peradaban kuno Yunani, peradaban Islam klasik, peradaban India di masa Raja Akbar, dan peradaban China di masa dinasti Tang. Maka tidak mengejutkan jika dalam era dominansi peradaban Barat yang sedang berlangsung saat ini, seluruh universitas terbaik di dunia berada di Barat.

Calon dan Kriteria Negara Maju di Kawasan Asia (Kriteria 6: Penegakkan Rule of Law)

Image
Berbicara soal rule of law (aturan hukum) dan bagaimana penegakan atas hal tersebut dapat berkontribusi bagi kemajuan negara, maka kita harus mengunjungi lagi pemikiran filsafat klasik milik Thomas Hobbes. Menurut Hobbes, manusia (yang dianalogikan sebagai serigala, lupus) memiliki sifat dasar untuk selalu mencari keamanan dirinya sendiri. Terciptalah kondisi yang disebut dengan homo homini lupus, yaitu sebuah kondisi dimana manusia adalah serigala bagi serigala lainnya, sehingga manusia pun selalu dihantui oleh rasa takut akibat ancaman dari manusia lainnya. Kondisi inilah yang disebut Hobbes sebagai kondisi alamiah (state of nature) dimana diktum yang berlaku adalah bellum omnium contra omnes, perang semua melawan semua.

Calon dan Kriteria Negara Maju di Kawasan Asia (Kriteria 5: Komitmen terhadap Budaya Perdamaian)

Image
Pada 12 Desember 2012, Panitia Nobel Norwegia membuat kejutan dengan memberikan Penghargaan Nobel Perdamaian (Nobel Peace Prize) pada Uni Eropa. Uni Eropa dianggap telah berhasil mentransformasikan Eropa dari kawasan yang dipenuhi oleh perang menjadi kawasan yang dipenuhi oleh perdamaian. Hal ini menjadi menarik, dari semua kesuksesan Uni Eropa menciptakan sistem regionalisme yang mapan, lengkap dengan institusi-institusinya, dan menciptakan sebuah sistem hubungan antarnegara yang baru, komitmen Uni Eropa untuk menciptakan budaya perdamaianlah yang paling dihargai oleh panitia Nobel. Pada dasarnya, budaya perdamaian adalah kriteria utama yang paling dibutuhkan oleh calon negara maju dalam mempertahankan keberlangsungan (sustainability) dari kemajuannya. Tak dapat dipungkiri bahwa kemajuan sebuah negara selalu dilihat berdasarkan pertumbuhan ekonominya. Untuk mempertahankan pertumbuhan tersebut berjalan secara terus-menerus, maka dibutuhkanlah suatu kondisi yang memungkinkan i

Calon dan Kriteria Negara Maju di Kawasan Asia (Kriteria 4: Sifat Pragmatis)

Image
Pragmatisme adalah sebuah filsafat yang berasal dari Amerika yang berkembang pesat pada masa Pra-Perang Dunia. William James, dalam essay-nya di tahun 1907 yang berjudul “What Pragmatism Means” memberikan sebuah anekdot untuk menjelaskan bagaimana pragmatisme bekerja sebagai penginterpretasi dari interpretasi. Anekdotnya adalah sebagai berikut: sekelompok anak sedang berkemah, termasuk James, mengamati seekor tupai yang berada di atas dahan pohon dan seorang pria yang mengamati tupai tersebut di seberang pohon. Berusaha untuk melihat Tupai itu secara langsung, pria tersebut bergerak mengelilingi pohon, namun menemukan bahwa si tupai selalu menjaga pohon tersebut berada di antara dirinya dan sang pria. Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan di antara anak-anak yang berkemah, “Apakah sang pria mengelilingi si tupai atau tidak? Pria tersebut memang mengelilingi pohon, tapi apakah dia mengelilingi si tupai?”

Calon dan Kriteria Negara Maju di Kawasan Asia (Kriteria 3: Komitmen terhadap Meritokrasi)

Image
Suatu ketika seorang professor ekonomi di suatu kampus lokal membuat pernyataan bahwa ia sangat sering menggagalkan mahasiswanya, bahkan ia pernah menggagalkan seluruh kelasnya. Ketakutan oleh pernyataan tersebut, para mahasiswa pun mengajukan usul agar nilai seluruh mahasiswa di kelas disamakan berdasarkan rata-rata dari total nilai tersebut. Dengan demikian, mereka yang mendapat nilai jelek akan terangkat oleh yang mendapat nilai baik, sehingga tidak akan ada yang gagal. Singkat cerita, professor tersebut menyetujuinya.  Setelah itu, tes pun digelar dan setelah dirata-rata, semua mahasiswa mendapatkan nilai B. Yang paling kecewa dengan nilai tersebut adalah mahasiswa yang belajar sangat keras, sebab mereka merasa bahwa usahanya telah sia-sia. Ketika tes kedua digelar, mahasiswa yang sebelumnya belajar dengan keras memutuskan untuk tidak belajar dan menikmati leverage yang diberikan oleh mereka dengan nilai yang baik. Setelah hasil tes kedua dirata-rata, seluruh mahasiswa m

Calon dan Kriteria Negara Maju di Kawasan Asia (Kriteria 2: Perhatian terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)

Image
Ribuan tahun yang lalu, Asia sempat menjadi pusat peradaban dunia. Dimulai dari peradaban China di sebelah Timur Asia dan dilanjutkan oleh peradaban Islam di jazirah Arabia. Ketika itu, seluruh dunia memandang pada Asia untuk melakukan segala sesuatunya. Asia menjadi panutan bagi perkembangan peradaban-peradaban lain di dunia, tidak terkecuali peradaban Barat. Salah satu alasan utama yang menyebabkan hal itu terjadi adalah perhatian lebih yang diberikan oleh peradaban China atau Islam terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menjadi Akademisi

Image
                        Menjadi seorang akademisi, itu adalah mimpiku. Aku menyadari bahwa di dunia ini ada banyak orang yang ingin melakukan perubahan, namun mereka tidak tahu bagaimana melakukannya. Mereka memiliki fisik yang kuat, sumber daya yang besar, koneksi yang banyak, tapi mereka tidak memiliki ide yang mampu mengarahkan semua hal yang dimilikinya pada perubahan. Aku ingin membantu orang-orang semacam itu, memberikan gagasan pada mereka, agar mereka mampu mengarahkan semua hal yang dimilikinya menuju perubahan yang besar. Itulah tugas mulia seorang akademisi, bagiku. Sayangnya, negeri ini adalah negeri yang belum menghargai akademisi. Di Universitas, kita dididik untuk menjadi seorang pekerja, untuk menjadi sekrup dalam sistem, kalau menurut bahasanya mas Bima Arya. Padahal Universitas seharusnya menjadi tempat untuk mendidik manusia menjadi akademisi yang memiliki kapabilitas dan juga nilai-nilai moral untuk mempergunakan kapabilitasnya. Universitas seharusnya melahirkan pem

Calon dan Kriteria Negara Maju di Kawasan Asia (Kriteria 1: Penerapan Pasar Bebas)

Image
Pada tahun 1680, Jean-Baptiste Colbert, Menteri Keuangan Perancis pada masa tersebut sedang berdialog dengan perkumpulan pebisnis Perancis. Ketika itu Jean-Baptiste bertanya pada para pebisnis tersebut, “Apa yang dapat saya lakukan untuk Anda?” Joel Le Gendre, perwakilan para pebisnis Perancis tersebut menjawab, “Apa yang dapat Anda lakukan untuk kami? Biarkan kami (Laissez-nous faire)!” Percakapan itulah yang menginspirasi Adam Smith untuk merumuskan sistem ekonomi laissez-laire dalam bukunya The Wealth of Nation, atau yang lebih dikenal dengan sebutan sistem pasar bebas.

Calon dan Kriteria Negara Maju di Kawasan Asia (Prolog)

Image
Selama dua abad lamanya peradaban Barat yang diwakili oleh Amerika Serikat dan negara-negara Eropa telah menikmati posisinya di puncak dunia ini. Selama dua abad tersebut, nilai-nilai Barat telah berhasil menghegemoni segala aspek kehidupan, mulai dari politik, sosial, ekonomi, sampai dengan budaya. Menyikapi hal ini, negara-negara Asia hanya mampu menjadi penonton. Secara pasif, mereka terus menerus menelan nilai dan praktek yang dilakukan oleh Barat, sehingga menjustifikasi posisi Barat sebagai hegemon. Namun hari ini, era tersebut telah berakhir.

Memahami Konflik

Image
Konflik adalah sesuatu yang amat akrab dengan kehidupan keseharian kita. Mulai dari bangun tidur sampai kembali tidur lagi, kita akan menemui konflik dalam berbagai tingkatan. Mulai dari konflik dengan teman, konflik antarkelompok, sampai konflik antarnegara. Apakah itu konflik? Berdasarkan definisinya, konflik adalah interaksi antara dua atau lebih aktor yang memiliki kepentingan berbeda. Kata kuncinya adalah interaksi dan kepentingan berbeda . Dua hal inilah yang menghasilkan konflik.

Donald E. Weatherbee: 50 Tahun ASEAN Bukanlah Indikator Keberhasilan Regionalisme

Image
Weatherbee dalam tulisannya yang berjudul "ASEAN and Regionalism in Southeast Asia" berusaha menganalisis klaim-klaim yang menyatakan bahwa setelah Uni Eropa, ASEAN merupakan organisasi regional yang paling sukses menjalankan tugasnya. Weatherbee melihat bahwa meskipun ASEAN memang berhasil membuat iklim kooperatif di Asia Tenggara, namun ASEAN masih belum mampu untuk menerapkan lembaga-lembaga suprasional yang dapat membuat ASEAN lebih otoritatif di Asia Tenggara sendiri. Dari fakta sederhana inilah, Weatherbee kemudian berusaha untuk mengukur secara objektif, hal-hal yang umum dianggap sebagai indikator kesuksesan ASEAN sebagai organisasi regional.

Bagaimana Menjadikan Demokratisasi sebagai Agenda Politik Luar Negeri akan menjadi Masalah

Image
Demokrasi adalah sebuah sistem pemerintahan dimana rakyat sebagai objek yang diperintah juga sekaligus menjadi subjek yang memberi perintah. Dengan kata lain, demokrasi adalah sistem dimana rakyat memerintah diri mereka sendiri. Rakyat yang membuat hukum, rakyat yang memilih pemimpinnya, rakyat yang memilih hakim untuk mengadilinya, rakyat memiliki kekuasaan tertinggi dalam sistem demokrasi. Demokratisasi adalah segala upaya yang dilakukan aktor-aktor tertentu untuk mengubah sistem pemerintahan sebuah negara dari non-demokrasi menjadi demokrasi. Umumnya, demokratisasi terjadi pada sistem otoriter, sebab demokrasi dipercaya sebagai antitesis dari sistem otoriter.

Benedict Anderson dan Donald Weatherbee: Asal Usul Asia Tenggara

Image
Ketika kita membicarakan kata “Asia Tenggara,” kita sesungguhnya sedang membicarakan sebuah konsep politik yang diciptakan dengan suatu kepentingan dan latar belakang tertentu. Bagaimana konsep “Asia Tenggara” dapat terbentuk, mengapa harus konsep “Asia Tenggara” yang terbentuk, dan apa yang mengkonstitusi negara-negara untuk menjadi bagian dari konsep “Asia Tenggara” merupakan poin-poin penting yang dibahas oleh Benedict Anderson dan Donald E. Weatherbee dalam bukunya. Tulisan ini akan berusaha mengkomparasikan chapter pertama dari buku kedua penulis di atas, secara spesifik pada bagian penjelasan mengenai asal-usul Asia Tenggara.

Clark D. Neher: Memahami Demokrasi Gaya Asia

Image
Setelah Perang Dunia ke-2 berakhir, gelombang demokrasi ketiga menyerbu wilayah Asia, mengakibatkan banyak negara-negara Asia beralih menjadi demokrasi. Hingga kini, negara-negara Asia berusaha mengintegrasikan nilai-nilai demokrasi liberal Barat ke dalam negaranya. Namun, negara-negara Asia hanya mengambil prosedur dari negara demokrasi dan mengabaikan sama sekali nilai-nilai liberal yang mendasarinya. Nilai-nilai otoriter justru terlihat dalam sistem demokrasi yang diterapkan oleh negara-negara Asia, sehingga melahirkan konsep seperti Demokrasi Terpimpin di Indonesia. Clark D. Neher melihat kondisi ini dan berargumen bahwa inilah demokrasi ala Asia. Sebuah demokrasi yang memang tidak berlandaskan nilai-nilai liberal ala Barat, namun tetap memenuhi esensi demokrasi untuk memberikan kekuasaan pada rakyat.

Awal dari Kejatuhan: Perkembangan Diskursus Anti-Komunisme di Ruang Publik Vietnam Pasca-Doi Moi

Image
Komunisme telah gagal di Vietnam. Begitulah kira-kira pesan yang ingin disampaikan oleh Pangeran Nguyen Phuc Buu Chanh, seorang bangsawan dari Dinasti Nguyen, dalam press release-nya pada 14 November 2004 yang berjudul The Failure of Communism in Vietnam. Pangeran Nguyen, dalam press release tersebut, menekankan bahwa komunis telah gagal memenuhi janjinya untuk menciptakan masa depan dimana rakyat akan berkuasa, bebas, dan hidup makmur di dalam surga komunal. Bukannya memberikan surga komunal, komunis justru menciptakan sebuah negara yang dikuasai hanya oleh elit partai, tidak memiliki kebebasan, dan tidak menjamin hak-hak warga. Lebih lagi, komunis juga telah merampas kebudayaan tradisional Vietnam dan memaksa masyarakat untuk menerima kebudayaan komunis. Menyikapi hal ini, Pangerang Nguyen menyuarakan bahwa semua orang yang merasa bebas harus mengutuk pemerintahan Vietnam yang membiarkan hal tersebut terjadi. Hal yang sama juga dikatakan oleh Tran Bach Dang, seorang pejabat komuni