Calon dan Kriteria Negara Maju di Kawasan Asia (Kriteria 7: Perhatian terhadap Pendidikan)


Sepanjang sejarah, seluruh peradaban besar selalu dikaitkan dengan perhatiannya terhadap pendidikan. Setiap peradaban besar yang pernah ada di dunia pasti memiliki pusat pendidikan yang menjadi panutan dari seluruh orang di dunia. Inilah yang terjadi pada peradaban kuno Yunani, peradaban Islam klasik, peradaban India di masa Raja Akbar, dan peradaban China di masa dinasti Tang. Maka tidak mengejutkan jika dalam era dominansi peradaban Barat yang sedang berlangsung saat ini, seluruh universitas terbaik di dunia berada di Barat.

Pendidikan dapat menjadi salah satu kriteria yang harus dipenuhi oleh calon negara maju di kawasan Asia jika ingin menjadi negara maju. Sebab pada akhirnya, segala pemenuhan atas kriteria-kriteria sebelumnya, mulai dari penerapan sistem pasar bebas, perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, komitmen terhadap meritokrasi, sifat pragmatis, komitmen terhadap budaya damai, dan penegakkan rule of law akan menjadi percuma ketika generasi selanjutnya dari negara tersebut tidak dapat mempertahankannya. Di sinilah pendidikan hadir sebagai sebuah metode untuk mengkristalisasikan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki oleh sebuah negara ketika memenuhi kriteria-kriteria di atas agar dapat dikirimkan pada generasi selanjutnya guna dipelajari, dikritisi, dan bahkan dikembangkan.

Selain sebagai metode untuk menyampaikan pengetahuan kepada generasi selanjutnya, pendidikan sendiri juga memiliki kemampuan untuk mengarahkan suatu negara pada kemajuan. Penelitian yang dibuat oleh World Bank menunjukkan bahwa investasi pada bidang pendidikan memberikan perkembangan signifikan pada setidaknya lima hal: pertumbuhan GDP, produktifitas, pendapatan per kapita, emansipasi gender, dan pengurangan angka kemiskinan.

Selain angka, aspek utama yang penting dari pendidikan adalah kemampuannya meningkatkan rasa percaya diri dari seseorang. Ketika seseorang menjadi percaya diri, mereka menjadi memiliki dorongan yang amat kuat untuk melakukan hal-hal yang luar biasa. Ditambah lagi, pendidikan di tingkat universitas memiliki peran signifikan dalam mengakumulasikan pengetahuan dan menciptakan inovasi-inovasi. Semua hal inilah yang akan mengarahkan sebuah negara pada kemajuannya. Berbagai negara di Asia telah merasakan keuntungan yang didapat melalui pendidikan, salah satunya Jepang.


Perhatian Jepang terhadap Pendidikan

Dari semua calon negara maju di kawasan Asia, Jepang adalah negara yang paling awal memberikan perhatian lebih pada sistem pendidikan. Ketika Era Meiji dimulai dan reformasi total dilancarkan, hal pertama yang dilakukan oleh pemerintah adalah mengirimkan orang-orang terbaiknya untuk mendapat pendidikan terbaik di universitas-universitas Barat. Melalui orang-orang yang belajar di Barat tersebutlah, Jepang mendapatkan pengetahuan terkait konstitusi dan sistem parlementer yang langsung diterapkan olehnya sesudahnya. 

Setelah itu, Jepang pun menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi keberlangsungan reformasi Jepang. Mereka menyadari bahwa kesuksesan Jepang tidak mungkin hanya akan terjadi melalui peningkatan kapital finansial dan teknologi impor, namun membutuhkan adanya akumulasi dari sumber daya manusia yang mapan yang akan melaksanakan dan mempertahankan kemajuan itu sendiri. Jepang memutuskan untuk memberikan perhatian yang lebih pada sistem pendidikan.

Pada tahun 1871, sistem pendidikan dengan model wajib belajar diterapkan a la Perancis diterapkan, dengan penekanan lebih pada pengembangan ilmu pengetahuan. Teks yang umum digunakan ketika itu adalah “Illustrated Course in Physics” yang ditulis oleh Fukuzawa Yukichi dan diadopsi sebagai buku teks utama oleh Menteri Pendidikan di tahun 1872. Sebuah sistem sekolah negeri pun dibentuk, dimulai dengan pendidikan dasar di sekolah dasar, yang dilanjutkan dengan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, dan juga beberapa universitas negeri. Usaha yang lebih diarahkan untuk menemukan dan memperkuat bakat-bakat dari warga Jepang dimanapun ia berada.

The Education Order yang pun dibentuk pada 1872 yang menyatakan bahwa pendidikan tidak boleh lagi menjadi monopoli dari kelas atas atau kaum pria saja. Pemerintah Meiji menetapkan tujuan ambisius yaitu membuat seluruh warga Jepang menjadi melek huruf. Namun niat mulia ini mendapatkan tantangan dari orang-orang yang sejatinya akan diberikan keuntungan. 

Orang-orang di daerah pedesaan menolak adanya wajib belajar. Mereka menganggap bahwa mencari makan adalah prioritas yang lebih utama daripada mendapatkan pendidikan. Mereka menganggap bahwa sistem wajib belajar yang menuntut pajak yang lebih tinggi dari warga terlalu memberatkan perekonomian mereka, sehingga mereka menolaknya. Dalam beberapa kasus bahkan ada yang menganggap sistem pendidikan a la Barat ini mengajarkan aliran sesat, sehingga sekolah dipandang dengan penuh rasa curiga oleh masyarakat.

Namun pemerintah Meiji tidak mau menyerah dalam usahanya menerapkan sistem wajib belajar di Jepang. Tanaka Fujimaro, dirjen pendidikan Jepang, memimpin sebuah tim bernama Iwakura Mission yang ditugaskan untuk melakukan ekspedisi diplomatik ke negara-negara lain dengan sistem pendidikan yang berkualitas. Selama 18 bulan dari 1871-1873, Iwakura Mission melakukan tur keliling Eropa dan Amerika. Misi tersebut pun berhasil membuka pikiran pemerintah Meiji terkait sistem pendidikannya. 

Iwakura Mission tahun 1871
Sekembalinya tanaka pada 1873, ia, dengan bantuan David Murray, kepala penasehat dari Kementerian Pendidikan AS, melakukan perubahan total pada sistem pendidikan Jepang. Sistem pendidikan Napoleonis yang sangat formal yang diterapkan pemerintahan Meiji di awal kemudian diganti dengan sistem pendidikan Amerika yang lebih informal. Atmosfer liberal pun tercipta di sekolah yang memancing rasa ingin tahu dan semangat untuk belajar dari penduduk Jepang. Melalui perubahan ini, perlahan-lahan pandangan masyarakat Jepang terhadap pendidikan pun mulai berubah dan keinginan untuk belajar pun menjadi semakin kuat.

Pada pertengahan Era Meiji, pemerintah telah berhasil mengimplementasikan sistem pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan ambisinya. Sistem pendidikan ini kemudian melahirkan orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi namun disiplin dan mau bekerja keras. Melalui kedisiplinan itulah, Jepang mampu mencetak teknisi-teknisi handal yang nantinya akan menciptakan mobil-mobil dengan kualitas yang mampu menyaingi mobil Jerman atau Amerika. Melalui sistem pendidikan inilah, Jepang mampu memasuki era modernisasi dan langsung menyalip perkembangan negara-negara Barat lainnya.
________________________________________________

Table of Contents


Comments

Popular posts from this blog

Kemerosotan Norma Keamanan Manusia dalam Kebijakan Imigrasi Australia Pasca-1992

Memahami Konstruktivisme

Richard Ned Lebow: Mengkonsepsi Ulang Ide Konstruksi Identitas 'Self' dan 'Other'

Memahami Politik Identitas

Pengaruh Ideologi Konfusianisme terhadap Hubungan Diplomatik Vietnam – China Kontemporer