Posts

Dinamika Perubahan Norma Internasional (Review Makalah Finnemore dan Sikkink)

Image
Martha Finnemore dan Kathryn Sikkink dalam “International Norm Dynamics and Political Change” berusaha melakukan teorisasi terhadap konsep norma internasional. Sesuatu yang mereka anggap belum pernah dilakukan secara serius oleh akademisi ilmu Hubungan Internasional (HI). Terdapat tiga argumen yang berusaha mereka buktikan melalui tulisan ini, yaitu: (1) adanya pembelokan dalam studi HI dari yang sepenuhnya materialis menjadi kembali mengikutsertakan aspek-aspek immaterial, seperti norma dan ide; (2) proses pembentukan norma; dan (3) hubungan norma dan rasionalitas tidak saling mengecualikan (mutually exclusive) (Finnemore and Sikkink 1998). Finnemore dan Sikkink menyatakan bahwa studi awal dari ilmu HI diwarnai dengan perdebatan kelompok idealisme (yang mementingkan kemampuan norma dan ide untuk mengendalikan perilaku negara) dan kelompok realisme (yang mementingkan kemampuan struktur, power, dan aspek-aspek materiil dari HI). Sayangnya, kelompok idealisme memiliki kelemahan dala...

I'd Rather Take the Red Pill

Image
If I can understood things perfectly, I’d suggest that everyone in the office is not what they appear to be. I know my boss is super temperamental and like to show a symptom of temper tantrum from time to time. But I believe that’s not my boss being mad, it’s just a project manager that is being mad, and she should be when she saw her staff not meeting her (or should I say, the company’s) expectation. She is not being herself, for she is just representing the value and standard of this company. She wears the mask of a project manager to get mad but other than that she is a nice person. How can a job change human’s personality so drastically? I always wonder if it’s the fault of the system that force people under certain kind of standard in which they must follow. The system shapes people into whatever they need and people simply can’t resist it. Well, actually they can, except that it will make them disposable in the eye of the system. I am one of the people who resist on how t...

Why I Hate my Job or How a Person Turned into Machine in Simple Steps

Image
It's kinda amusing how many things you can lost just by having a job. For instance, I can't find myself enjoying the process of writing anymore. This is due to my inability to find anything interesting to write about in the first place. Like seriously, everything I do is boring, and I have to do it everyday. I've got to the point where I can't write anything except my boredom to my situation. But even then, I can't really write it at all because boring life doesn't make a good story. So here I am, a freshly graduated IR student working in a big international organization, scrambling aimlessly at the keyboard in hope that I can write something meaningful, but I don't know. The more key I type, the more depressing this writing seems. But I don't want to stop, even if it's killing me. Knowing that I can at least write two paragraph makes me a bit relieved. I know that the writer in me is still there, waiting for the right moment to come out. I just...

Siapa Aku?: Ulasan Singkat Buku Asal Usul Kedaulatan

Image
Pernahkah kamu memandang cermin dan bertanya, "Siapa kamu?" pada sosok yang memandangmu dari balik kaca tersebut? Aku sering melakukannya, terutama akhir-akhir ini. Aku bisa bilang bahwa saat ini aku sedang berada pada titik dimana jati diriku telah terdefinisi dengan baik. Aku seorang laki-laki dewasa bergelar sarjana yang bekerja pada sebuah lembaga internasional ternama. Aku juga seorang kakak, seorang anak, seorang kekasih, seorang sahabat, seorang rekan, seorang gamer, dan sampai taraf tertentu seorang introvert. Aku mengenakan kemeja jeans seharga 300.000, sebuah celana bahan seharga 250.000, dan sebuah sepatu Pantofel seharga 2 Juta. Tidak terlalu mahal tapi juga tidak murah, ciri khas seorang kelas menengah pada umumnya. Ya, aku adalah seorang manusia pekerja kelas menengah. Semua identitas-identitas itu melekat padaku dan mendefinisikanku. Problemnya adalah, apakah benar itu adalah aku? Ambil seluruh pakaian yang melekat padaku dan suruh aku berjalan di tempa...

Capitalism, A Love Story: Perang melawan Kapitalisme

Image
Tulisan ini merupakan resume dari diskusi film Capitalism, A Love Story yang diadakan oleh HIMAHI Paramadina pada 20 September 2013 1,000 tahun setelah Imperium Suci Romawi runtuh, peradaban kita menilai peradaban tersebut sebagai peradaban yang mengkerdilkan manusia, membatasi ruang kreasinya, dan menindasnya habis-habisan. 1,000 tahun setelah peradaban kita runtuh, orang-orang di peradaban masa depan mungkin akan menilai peradaban kita sebagai sebuah peradaban yang bukan hanya menindas manusia, namun juga mengeksploitasinya habis-habisan demi kepentingan segelintir orang saja. Itulah kiranya pesan yang ingin disampaikan Michael Moore melalui film-nya yang berjudul Capitalism: A Love Story.

Memahami Aktor Non-Negara dan Permasalahannya

Image
Hubungan Internasional adalah sebuah studi sekaligus sebuah realita. Mereka yang mengaku akademisi HI adalah orang-orang yang berada di luar realita HI itu sendiri. Mereka memang membicarakan perdagangan bebas, namun tidak melakukan perdagangan bebas sama sekali. Jarak yang diciptakan oleh akademisi HI terhadap realita HI ini membuat tindakan mereka terbatas hanya pada melakukan ulasan, analisis, rekomendasi, atau kritik terhadap realita HI. Realita HI mensyaratkan adanya aktor karena HI tidak dapat berlangsung tanpa adanya aktor yang saling berinteraksi. Menurut sejarahnya, aktor yang pertama kali mempraktekkan HI adalah negara. Oleh sebab itu, akademisi HI generasi awal menyimpulkan bahwa Hubungan Internasional terjadi akibat interaksi antarnegara dan kompleksitas yang terjadi dalam interaksi tersebut. Akan tetapi, perkembangan ilmu HI menemukan bahwa negara bukanlah satu-satunya aktor yang berkontribusi terhadap HI. Ditemukanlah konsep aktor non-negara.

Blood Diamond: Refleksi KAA 1955 dalam Konflik Berdarah Berlian Sierra Leone

Image
Tulisan ini merupakan resume dari diskusi film "Blood Diamond" yang dilaksanakan oleh HIMAHI Paramadina pada 18 April 2013 18 April, 59 tahun yang lalu, sebuah konferensi yang dihadiri oleh 29 negara, yang mewakili lebih dari separuh penduduk dunia, digelar di Bandung, Indonesia. Pada pertemuan yang dinamai Konferensi Asia-Afrika (KAA) tersebut, Presiden Soekarno telah menyerukan kepada seluruh negara di Asia dan Afrika untuk menyatukan sikap melawan imperialisme Barat. Pada pertemuan tersebut, Indonesia telah menginjeksikan sebuah mimpi kepada bangsa-bangsa yang pernah tertindas bahwa mereka semua mampu menjadi bangsa yang besar, sejajar dengan negara-negara Barat yang pernah menindas mereka. Seharusnya, KAA dapat menjadi langkah awal untuk mewujudkan mimpi tersebut. Namun, 59 tahun telah berlalu, dan mimpi yang dibangun dalam KAA 1955 tetap menjadi mimpi. Pada hari ini, kita dapat melihat bahwa bangsa-bangsa Asia dan Afrika masih dilanda perpecahan. Di Asia, perpecaha...