Eksternalitas


Eksternalitas adalah sbeuah konsep dalam ekonomi yang menggambarkan tentang sebuah aktivitas atau keputusan yang menyebabkan orang lain terlibat, suka atau tidak. Jika keterlibatan orang lain di sana memberikan beban pada mereka, maka disebut dengan eksternalitas negatif. Namun ketika keterlibatan orang lain di sana memberikan sebuah keuntungan, maka itu disebut dengan eksternalitas positif.

Contoh kasus paling sederhana dari eksternalitas negatif adalah berpacaran di tempat umum. Bagi kedua pasangan yang sedang mabuk cinta tersebut, dunia tentu terasa milik bersama. Tidak ada orang lain dan tidak ada kehidupan apapun. Kenyataannya adalah, orang lain masih ada dan mereka tentu mengamati tingkah laku kedua pasangan tersebut. Di antara mereka, tentu ada orang-orang yang entah baru putus atau sudah lama menjomblo yang merasa terusik dengan kehadiran pasangan tersebut. Hal ini tentu akan menjadi beban bagi pikiran mereka. Inilah contoh eksternalitas negatif dalam kehidupan sehari-hari.


Sekarang marilah tingkatkan konteksnya ke level perusahaan. Ketika sebuah perusahaan memutuskan untuk membangun sebuah pabrik, ia tentu akan menghabiskan sekian banyak budget untuk membeli tanah, pembangunan gedung, pengangkatan karyawan, dsb. Ini disebut dengan beban pribadi. Namun ternyata, apa yang diproduksi di dalam perusahaan itu memberikan ekses negatif berupa polusi yang sangat membahayakan kesehatan masyarakat. Ini tentu dapat disebut sebagai sebuah eksternalitas negatif dan merupakan beban bagi masyarakat. Sebagai perusahaan yang bijak, tentu akan menanggung beban masyarakat tersebut yang kemudian disebut dengan beban sosial. Dengan kata lain, jika sebuah perusahaan turut memikirkan beban sosial yang diterima masyarakat, maka pengeluaran mereka akan menjadi beban pribadi ditambah dengan beban sosial. Hal ini juga disebut dengan Marginal Social Cost.

Permasalahannya adalah, motto utama semua usaha swasta adalah pengeluaran minimal dan pendapatan maksimal. Dengan mengeluarkan pendapatan lebih untuk menanggulangi beban sosial yang sebenarnya tidak terlalu mereka rasakan, tentu akan semakin mengurangi pendapatan mereka, sehingga sulit sekali rasanya untuk mengharapkan sebuah usaha swasta dapat mengganti beban sosial yang sangat dirasakan oleh masyarakat.

Di sinilah pemerintah harus berperan lebih dengan memberikan semacam reward and punishment kepada swasta. Rewardnya dapat berupa pengurangan pajak bagi perusahaan-perusahaan yang dapat meminimalisirkan beban sosial yang diberikan pada masyarakat. Punishment-nya dapat berupa pemberian pajak, denda, atau bahkan penutupan jika diketahui bahwa perusahaan tersebut terus memberikan beban sosial kepada masyarakat. Hal ini sudah cukup efektif di AS dengan adanya sebuah Green Card, yaitu izin khusus yang dapat dibeli dari pemerintah untuk membuat polusi.

Sementara itu, ekternalitas positif akan terjadi jika suatu aktivitas yang dilakukan seseorang atau perusahaan dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Contoh paling sederhananya adalah seorang anak yang bersemangat untuk belajar dan menamatkan kuliah. Pada dasarnya, hal ini memang terlihat hanya menguntungkan anak itu saja, sebab pada akhirnya yang akan mendapat gelar dan pekerjaan adalah ia sendiri. Namun jika dilihat dari kacamata masyarakat, kehadiran anak semacam ini adalah sebuah anugerah sebab sebagai pemuda ia dapat menciptakan ide-ide baru yang dapat bermanfaat bagi orang lain.

Permasalahannya adalah, hanya sedikit orang yang mau melakukan sebuah hal yang akan memberikan eksternalitas positif. Sebab, beban pribadi yang harus diambilnya sangatlah besar jika dibandingkan dengan beban sosial yang diterima masyarakat. Termasuk keuntungannya pun, akan lebih banyak dinikmati oleh masyarakat. Akibatnya tentu tidak banyak orang yang rela menghabiskan banyak uang jika keuntungannya lebih banyak dinikmati oleh orang lain. Hal ini juga terpengaruh pada sifat dasar manusia yang selalu tidak suka jika melihat orang lain lebih baik darinya.

Di sinilah pemerintah harus kembali berperan dengan memberikan reward yang besar kepada mereka. Beasiswa, penghargaan, posisi, apapun itu agar dapat mengurangi beban pribadi yang diterimanya. Dengan cara itu, tentu akan semakin banyak orang yang ingin melakukan perbuatan yang eksternalitasnya positif.

Namun di balik semua solusi yang ditawarkan penulis dalam menghadapi masalah eksternalitas, Coase ternyata punya pandangan lain. Menurutnya, peran pemerintah seharusnya diminimalisir dalam urusan eksternalitas, terutama jika terbukti kehadiran pemerintah tidak efisien. Misal ketika kita menyerempet mobil orang dan kita terpaksa harus berhenti untuk mendiskusikan penyelesaian yang baik. Pada saat itu, akan lebih baik jika polisi tidak ikut campur menyelesaikannya karena biasanya akan membuat semakin runyam dengan sikap arogannya.

Ada tiga syarat bagi teorema Coase untuk bekerja, yaitu:

1. Masing-masing pihak setuju untuk meniadakan peran pemerintah dan masing-masing juga paham tentang masalahnya. Sebab jika tidak ada seorangpun yang paham masalahnya, maka dapat dikatakan bahwa permasalahan tidak akan bisa selesai

2. Cuma sedikit orang yang terlibat, sebab terlalu banyak orang akan menimbulkan kesulitan dalam kesepakatan.

3. Tidak ada sikap arogansi antara kedua pihak, sebab itu akan menghambat proses perundingan.

Pada akhirnya, manusia harus sadar bahwa mereka adalah makhluk sosial. Segala hal yang mereka lakukan, disadari atau tidak, akan berdampak pada orang lain. Sesuatu yang tidak berarti di mata seseorang dapat menjadi sangat berarti di mata orang lain. Dengan begitu, tidak ada lagi ceritanya orang menyetel musik keras-keras kemudian menghardik orang yang mengingatkannya dengan mengatakan, ”Radio ini saya yang beli, bukan urusan situ dong!” Itu tentu harus dihindari jika ingin hidup dengan baik di dalam masyarakat.

Comments

Popular posts from this blog

Bahasa Arab dan pengaruhnya terhadap Bahasa Indonesia

Organisasi Regional

Memahami Konstruktivisme

Calon dan Kriteria Negara Maju di Kawasan Asia (Kriteria 1: Penerapan Pasar Bebas)

Sejarah dan Praktek Regionalisme Asia Tenggara