Book Summary: Chapter 11 The American Democracy: Congress: Balancing National Goals and Local Interests


Pada September 2005, terjadi perdebatan sengit di dalam Kongres Amerika Serikat mengenai apa yang seharusnya dilakukan terhadap uang sebesar 286 Milyar USD yang telah digelontorkan untuk membangun infrastruktur di New Orleans. Karena pada waktu itu, AS baru saja diserang oleh Badai Katrina, timbul usulan-usulan yang menyatakan bahwa uang tersebut harus disalurkan untuk membangun kota-kota yang telah diluluhlantakkan Badai Katrina. Namun, Kongres yang pada saat itu masih didominasi oleh Partai Republik menolak keras usulan tersebut. Setelah diselidiki, kebanyakan anggota Kongres yang berasal dari Partai Republik memiliki keterikatan dengan konstituennya untuk membangun New Orleans, sehingga usulan untuk mengalihkan dana tersebut kepada korban Badai Katrina menjadi tidak dapat diterima.

Berdasarkan peristiwa di atas, dapat dikatakan bahwa Kongres memiliki fungsi ganda. Yang pertama adalah untuk memenuhi kepentingan lokal dari konstituen salah satu partai dan yang kedua adalah untuk memenuhi tujuan nasional. Namun, kedua hal tersebut seringkali bertentangan satu sama lain dan pada akhirnya Kongres jauh lebih mementingkan kepentingan lokalnya. Thomas Patterson, dalam Chapter 11 yang berjudul Congress: Balancing National Goals and Local Interests, berusaha menjelaskan mengenai Kongres secara umum dan mengapa sulit sekali untuk menyeimbangkan antara tujuan nasional dan kepentingan lokal di dalamnya.

Terdapat empat poin yang ditekankan oleh Patterson dalam Chapter 11, yaitu:

  1. Pemilihan anggota Kongres mengangkat orang yang sama berulang-ulang kali menjadi anggota Kongres. 
  2. Kurangnya persatuan dari partai di dalam Kongres 
  3. Desentralisasi kepemimpinan melalui divisi dan subdivisi di dalam Kongres 
  4. Justifikasi atas fragmentasi yang berlebihan di dalam Kongres 
Pada poin pertama, Patterson berusaha menjelaskan mengenai sifat alamiah anggota Kongres Amerika Serikat. Sama seperti anggota DPR di Indonesia, anggota Kongres AS memiliki sejumlah keuntungan-keuntungan yang menggiurkan, seperti gaji yang besar dan akses terhadap kekuasaan. Keuntungan-keuntungan ini membuat anggota Kongres semakin ingin mempertahankan posisinya. Lucunya, institusi Kongres ini sendiri juga memberikan kesempatan untuk melakukannya. Pertama, pembagian distrik pemilihan legislatif di AS seringkali mencondong pada satu partai. Dalam artian, pembagian distrik tersebut membuat ada sejumlah distrik dimana mayoritas penduduknya adalah pendukung salah satu Partai. Di dalam distrik semacam itu, kandidat yang berasal dari partai kuat tentunya akan sulit untuk dikalahkan. Kemudian, seorang yang telah menjadi anggota Kongres tentunya memiliki kesempatan lebih banyak untuk berinteraksi dengan konstituennya. Dari interaksi tersebut, anggota Kongres akan mudah untuk mendapatkan akses dana jika ia ingin melakukan fundraising untuk kampanyenya selanjutnya. Jadi, dengan sejumlah keuntungan yang diperoleh oleh anggota Kongres tersebut, lebih sulit untuk memperoleh kursi Kongres dibandingkan mempertahankannya. Dan karena anggota Kongres yang mewakili suatu distrik tidak pernah berganti-ganti, maka tidak aneh jika distrik tersebut menjadi memiliki kepentingan tersendiri.

Pada poin kedua, Patterson berusaha menjelaskan mengenai kepemimpinan di dalam Kongres. Setiap dua tahun sekali, anggota partai di dalam Kongres saling bertemu untuk memilih pemimpin partai (party leader). Party leader adalah orang yang akan mengkoordinir anggota-anggota Kongres dalam satu partai. Dengan adanya party leader, otomatis di dalam Kongres akan tercipta garis pemisah di antara partai yang berbeda. Hal ini, ditambah dengan perbedaan ideologi yang sangat mencolok di antara kedua partai, dimana satu pihak (Republik) bersikap konservatif, sementara pihak lain (Demokrat) bersikap liberal, membuat tidak ada persatuan di dalam Kongres. Kepentingan partai kemudian menjadi lebih diutamakan dibandingkan dengan tujuan nasional.

Pada poin ketiga, Patterson berusaha menjelaskan mengenai dikotomi yang lebih luas lagi di dalam Kongres AS, yaitu di dalam divisi dan subdivisinya (commitees and subcommitees). Dalam hal ini, divisi dan subdivisi di dalam Kongres memiliki peran yang paling besar dalam melaksanakan fungsi utama Kongres. Sebab setiap tahun, setidaknya ada sepuluh ribu rancangan undang-undang (bill) yang harus disidangkan di dalam Kongres. Pekerjaan sebanyak itu tidak akan dapat diselesaikan tanpa melakukan pembagian kerja yang efektif di antara divisi dan subdivisinya masing-masing. Oleh sebab itu, setiap divisi dan subdivisi di dalam Kongres memiliki wilayah jurisdiksi masing-masing. Setiap divisi dan subdivisi memiliki pemimpin masing-masing, sehingga kepemimpinan di dalam Kongres semakin terbagi-bagi lagi. Pada akhirnya, ketika Kongres harus membuat sebuah perundangan yang berhubungan dengan tujuan nasional, yang membutuhkan persetujuan banyak divisi dan subdivisi, Kongres selalu mengalami deadlock.

Pada poin keempat, Patterson berusaha menjelaskan mengenai justifikasi bagi fragmentasi di dalam Kongres. Pada bagian ini, dijelaskan bahwa fragmentasi yang ada di dalam Kongres memang sudah direncanakan oleh orang-orang yang menciptakan konstitusi Amerika Serikat. Fragmentasi menggambarkan adanya individualisme yang besar di dalam Kongres dan para pembuat konstitusi tersebut menyadari bahwa individualisme adalah kebudayaan Amerika Serikat yang paling utama. Dengan mendasarkan pada individualisme tersebut, para pembuat konstitusi menginginkan agara anggota Kongres yang mewakili rakyat-rakyat AS menjadi independen agar golongan mayoritas pun tidak akan dapat menguasai dengan mudah dan mencegah tirani mayoritas. Namun, penulis buku ini menyayangkan ketidakmampuan pembuat konstitusi untuk mengantisipasi fragmentasi berlebihan yang terjadi di dalam Kongres sampai-sampai tidak dapat membuat kebijakan yang menyangkut kepentingan nasional negara Amerika Serikat. Pada akhirnya, kekuatan utama Kongres terletak dalam keterwakilannya dan perhatiannya terhadap kepentingan lokal serta kenyataan bahwa minoritas memiliki kekuatan untuk menghentikan usaha golongan mayoritas.

Berdasarkan ringkasan ini, saya dapat menyimpulkan bahwa Kongres Amerika Serikat memang bukanlah sebuah tempat yang tepat bagi orang-orang yang ingin melakukan perubahan terhadap negara AS secara menyeluruh. Namun, Kongres merupakan tempat yang paling tepat bagi orang-orang yang ingin membela kepentingan wilayahnya. Oleh sebab itu, penyeimbangan atas tujuan nasional dan kepentingan lokal hampir mustahil untuk terjadi di dalam Kongres. Dibutuhkan satu lembaga lagi yang dapat memfokuskan diri pada tujuan nasional Amerika Serikat dan penulis buku ini menyatakan bahwa eksekutif merupakan lembaga tersebut.

Comments

Popular posts from this blog

Kemerosotan Norma Keamanan Manusia dalam Kebijakan Imigrasi Australia Pasca-1992

Bagaimana Menjadikan Demokratisasi sebagai Agenda Politik Luar Negeri akan menjadi Masalah

Donald E. Weatherbee: 50 Tahun ASEAN Bukanlah Indikator Keberhasilan Regionalisme

Max Lane: The Impossibility of Citizenship

Pekerja Rumah Tangga, Advokasi Transnasional dan Kondisi Pengecualian