Neoliberalisme dan Komunitas Internasional


Membicarakan tentang neoliberalisme yang sering dialamatkan kepada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, tentu tidak dapat terlepas dari pembicaraan tentang globalisasi. Prinsip paling utama dari globalisasi adalah keterbukaan yang menghasilkan integrasi seluruh negara ke dalam sebuah komunitas global dimana setiap individu yang hidup di dalamnya akan memiliki semangat ketergantungan satu sama lain. Dengan mengacu pada sifat dasar masyarakat yang cenderung dinamis dan tidak mau dibatasi oleh sekat-sekat seperti negara, maka integrasi tersebut tidak dapat terelakkan. Dalam keadaan dimana masyarakat seluruh dunia sudah terintegrasi dalam semangat ketergantungan, neoliberalisme pun hadir sebagai sebuah instrumen yang dapat digunakan untuk mengarahkan integrasi tersebut kepada kesejahteraan umat manusia.


Pada dasarnya, neoliberalisme adalah sebuah usaha menciptakan kesejahteraan seluruh manusia melalui kerjasama antara masyarakat dengan negara. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa neolib bukan saja memberikan kesempatan bagi seluruh negara untuk berintegrasi dengan negara lainnya, tapi juga masyarakat dengan masyarakat lainnya. Hal ini pun akan merubah mindset setiap orang sehingga ke depannya, nasionalisme, idealisme, dan semua tetek bengek yang justru memiskinkan masyarakat tersebut dapat dihilangkan, berganti dengan sebuah pemahaman baru tentang kerjasama yang akan saling menguntungkan setiap pihak.

Selain itu, perkembangan teknologi pun memiliki andil yang sangat besar bagi terciptanya neoliberalisme. Sebab kehadiran teknologi informasi yang semakin canggih akan memakse setiap negara untuk menjadi terbuka. Bayangkan saja, dengan teknologi google maps, masyarakat awam pun dapat mengetahui jika Rusia sedang membangun sebuah pangkalan militer di suatu tempat, sehingga tindakan cepat pun dapat dilakukan. Sementara itu, negara yang tidak mau membuka dirinya dan menutup semua pintu informasi pasti akan dibenci dan dicurigai oleh negara lain. Mereka tidak akan memiliki tempat di dunia ini dan akan semakin melarat di dalam negerinya.

Namun, keterbukaan informasi pun bukan berarti tidak akan memicu masalah. Beberapa negara sering sekali mengalami ketidakstabilan yang ternyata dimotori oleh laju informasi seperti di Mesir. Namun, studi lebih lanjut menunjukkan bahwa keterbukaan informasi hanyalah buruk di negara otoriter dan baik pada negara demokratis. Maka dapat disimpulkan bahwa keterbukaan informasi dapat menghapuskan otoritarianisme.

Kembali ke Neolib, ada beberapa faktor kunci yang bermain untuk menciptakan neoliberalisme yang sehat, yaitu GATT yang sekarang namanya WTO. Tugasnya adalah mempermudah perdagangan internasional dengan cara menghilangkan tarif yang diberlakukan suatu negara terhadap barang asing. Hal ini penting sebab dengan semangat kerjasama mutualisme dan kesejahteraan umat manusia, maka setiap negara harus saling membuka diri dan meningkatkan produktivitas warganya. Namun terkadang ada juga eksploitasi yang dilakukan negara-negara maju kepada negara berkembang yang belum mampu bersaing dengan negara lain. Itulah sebabnya mereka melakukan prinsip relative gains agar setiap negara tetap merasa untung.

Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa neolib itu sama seperti globalisasi. Ia adalah sebuah kesempatan yang diberikan kepada setiap manusia untuk maju dan berkembang. Selanjutnya terserah kepada setiap manusia untuk mempergunakan kesempatan tersebut dengan baik atau tidak. Ke depannya, segala macam istilah seperti orang asing atau nasionalisme pun harus dihilangkan. Sebab pada dasarnya kita semua yang tinggal di planet bumi ini adalah sama-sama manusia yang mendambakan kesejahteraan dan kebahagiaan. Dengan menggunakan mindset komunitas internasional, bukankah seluruh manusia tidak perlu lagi merasa curiga atau benci terhadap orang asing. Dan bukankah tanpa kebencian seluruh manusia akan dapat hidup bahagia? Bukankah begitu?

Comments

Popular posts from this blog

Hotel Rwanda Analysis; Peran Politisasi Etnisitas sebagai Pemicu Ethnic Cleansing di Rwanda Tahun1994

Dinamika Perubahan Norma Internasional (Review Makalah Finnemore dan Sikkink)

Pembentukan Regional Peacekeeping Operation untuk Mengatasi Isu Keamanan di ASEAN

Richard Devetak: Memahami Postmodernisme

Patriarki dan Perdagangan Manusia di Indonesia