Perkenalan dengan Politik Internasional


Salah satu subjek favorit saya dalam HI adalah Politik internasional. Dalam subjek ini, kita akan mempelajari fenomena paling terkenal dalam hubungan internasional dimana terjadi hubungan politik yang timbal balik antarnegara. Mempelajari politik internasional dapat berarti berusaha menjelaskan fenomena tersebut atau mengubahnya. Yang terakhir disebutkan itu memang tidak mudah, namun sangat layak untuk diperjuangkan. Apapun tujuannya, mempelajari fenomena semacam politik internasional dengan gaya ilmiah pasti membutuhkan seperangkat alat khusus bernama teori. Karena itu, penting bagi kita untuk memahami terlebih dahulu apa saja teori-teori yang digunakan dalam studi ini.

Pada dasarnya, tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu HI berakar pada realisme. Walaupun pada perkembangannya terjadi perdebatan antara realisme dan liberalisme, namun kita semua pasti mengetahui bahwa yang akan mereka bicarakan tidak akan jauh dari masalah power dan negara. Pada perkembangannya lagi, perdebatan ini berhasil membuat orang-orang menyadari betapa tidak sempurnanya kedua teori tersebut sehingga mereka berusaha untuk mengembangkannya lagi. Perkembangan dari kedua teori itu kemudian disebut dengan neorealisme dan neoliberalisme.

Sekarang saatnya untuk membahas keempat teori tersebut satu persatu. Pembahasan kali ini tidak akan lagi bersifat deskriptif, karena hal itu seudah dilakukan berulang-ulang di semester I dan sudah tentu kita semua telah menguasainya dengan baik. Oleh sebab itu, pembahasan yang akan dilakukan akan lebih bersifat analitis dengan menekankan pada: 1) motif-motif yang melandasi; 2) Konsep-konsep utamanya; 3) Contoh kebijakan yang akan diambil.

Kita mulai dari realisme yang merupakan akar dari segala teori HI. Dalam memandang dunia ini, kaum realis selalu bersikap pesimistis. Mereka menganggap bahwa kondisi dunia itu penuh dengan anarki dan peperangan dapat terjadi kapan saja. Oleh sebab itu, perlu dilakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan ini. Untuk melakukannya, kaum realis sangat menekankan konsep balance of power untuk mencegah satu negara menjadi terlalu kuat dibandingkan dengan negara lainnya. Aliansi dan kerjasama militer pun menjadi opsi yang dapat diambil setelah ini.

Dalam menjelaskan suatu fenomena internasional, kaum realis selalu menekankan pada konsep negara dan power. Mereka memandang bahwa negara adalah satu-satunya aktor yang dapat bermain dalam arena politik internasional dan setiap negara selalu berusaha menggapai national interest-nya. Seperti yang digambarkan sebelumnya, hubungan antara negara di mata mereka selalu bersifat anarkis. Kompetisi yang terjadi antara negara-negara tersebut selalu berupa zero-sum competition di mana hanya akan ada dua pihak, yaitu pihak yang menang dan pihak yang kalah. Hal ini dengan jelas menunjukkan bahwa mereka sangat mendukung perang.

Dengan kajiannya yang seperti itu, maka tidak aneh jika kebijakan yang akan disarankan oleh mereka adalah kebijakan-kebijakan yang berupaya untuk meningkatkan power negara, seperti meningkatkan kekuatan nasional dan mencegah pengurangan otonomi nasional serta meminimalisir intervensi asing.

Selanjutnya, mari kita bahas mengenai perkembangan dari realisme, yaitu neorealisme. Teori ini tampak berusaha merasionalkan teori sebelumnya. Jika realisme berpendapat bahwa dalam hubungan antarnegara hanya terdapat menang dan kalah dalam perang, maka neorealis berpendapat bahwa hal tersebut terlalu ekstrem. Mereka bahkan menganggap bahwa perang adalah tindakan tak rasional. Tujuan utama dari kajian mereka adalah mencari cara untuk mendapatkan sebuah relative gains dari setiap negara dengan meminimalisir kerugian.

Segala tindakan yang dilakukan kaum neorealis berdasarkan pada satu konsep yang bernama rational choice. Perang adalah tindakan yang irasional, seperti dikemukakan sebelumnya. Hal ini membuat perang menjadi solusi terakhir yang akan diberikan kaum neorealis dalam menyikapi sebuah masalah internasional. Teori ini paling tepat digunakan untuk menjelaskan fenomena perang dingin dimana kedua polar saat itu berlomba-lomba meningkatkan power mereka tapi tidak mau berperang. Cara-cara yang mereka lakukan hanyalah saling menggertak dan menyebarkan pengaruhnya. Menurut neorealis, tindakan ini adalah tindakan yang rasional, karena jika negara hanya mengejar national interest-nya saja dan meneruskan perang, maka dunia ini pasti sudah hancur lebur tanpa sisa.

Liberalisme adalah antagonis dari realisme dan neorealisme. Mereka tidak akan pernah memilih perang sebagai opsi dan memandang bahwa hubungan antarnegara harus dilakukan melalui kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Untuk memastikan terjadinya kerjasama antarnegara di dunia, liberalis mempercayakan sepenuhnya pada peran organisasi internasional dan hukum internasional. Oleh sebab itu, kebijakan-kebijakan yang akan ditawarkan oleh mereka akan selalu berkutat pada organisasi internasional, seperti mereformasi PBB.

Neoliberalisme menggunakan konsep-konsep yang sama seperti liberalisme, seperti kerjasama, dsb. Perbedaan utama mereka dengan liberalisme adalah jika kajian liberalis terbatas pada usaha menemukan cara untuk meredam konflik antarnegara, maka kajian neoliberalis akan berusaha untuk menemukan cara bagaimana dapat mewujudkan keuntungan yang absolut bagi setiap negara. Perdagangan bebas pun menjadi konsep utamanya. Dengan kata lain, mereka berusaha untuk menutupi kekurangan liberalis yang terlalu fokus pada cara-cara meredam konflik antarnegara.

Comments

  1. Uraikan dasar-dasar atau asumsi-asumsi pendekatan utama dalam studi Politik Internasional yang dikenal dengan "The Great Debate". Bagaimana dengan realitas yang terjadi dalam hubungan politik antar negara berkenaan dengan pendekatan utama tersebut?

    tolong di jawab ya ? :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bahasa Arab dan pengaruhnya terhadap Bahasa Indonesia

Organisasi Regional

Memahami Konstruktivisme

Calon dan Kriteria Negara Maju di Kawasan Asia (Kriteria 1: Penerapan Pasar Bebas)

Sejarah dan Praktek Regionalisme Asia Tenggara