Sejarah Singkat Korea


Berbicara tentang sejarah Korea, maka kita harus menarik mundur kalender kita ke angka 2333 SM. Semua bermula dari legenda mengenai Harimau, Beruang, dan Bawang. Alkisah dahulu kala ada seekor harimau dan beruang yang ingin menjadi manusia. Tuhan kemudian memberikan petunjuk bahwa mereka dapat menjadi manusia dengan memakan bawang dan bertapa selama seratus hari. Mereka melakukannya dan setelah berhasil melakukan semuanya, harimau berubah menjadi laki-laki sementara beruang berubah menjadi perempuan. Dari perkawinan kedua manusia itulah lahir Dan-Gun yang kemudian mendirikan Dinasti pertama di semenanjung Korea yang berkuasa selama dua ribu tahun lamanya.

Kisah kemudian berlanjut pada tahun 108 SM ketika kekaisaran China menyerang Pyongyang, ibukota dinast Gun pada waktu itu. Penyerangan tersebut menyebabkan dinasti Gun terpecah menjadi tiga kerajaan, yaitu Baekje, Gaya, dan Shilla, yang masing-masing berbagi wilayah kecil di sebelah selatan semenanjung Korea. Sementara itu, seluruh bagian utara semenanjung Korea dikuasai oleh kerajaan Goguryo yang merupakan pemerintahan kolonial kekaisaran China di semenanjung Korea.

(Terdapat kisah unik dimana dikatakan bahwa pernah ada seorang putri dari India yang berkunjung ke kerajaan Gaya dan memperkenalkan Buddhisme untuk pertama kalinya di semenanjung Korea.)

Delapan ratus pun berselang dan momen sejarah pun terjadi. Kerajaan Shilla mengirimkan utusan kepada kekaisaran China yang meminta agar dilakukan penyatuan semenanjung Korea. Diplomasi ini berhasil untuk sementara waktu, namun kemudian memicu perang antara kekaisaran China dan orang-orang Korea. Perlawanan ini membuahkan hasil pada tahun 936 dimana tentara China akhirnya berhasil diusir dan semenanjung Korea disatukan di bawah Dinasti Koryo. Kemasyhuran Dinasti Koryo yang semakin terkenal di kemudian hari mengundang banyak pendatang dari Jazirah Arab, seperti orang-orang Persia dan Arab. Para pendatang ini tidak dapat mengucapkan kata 'Koryo' sehingga mereka lantas menggunakan kata 'Korea'. Dapat dikatakan bahwa nama Korea yang kita kenal saat ini berasal dari peristiwa tersebut.

Pada tahun 1932, semenanjung Korea kembali mengalami invasi, kali ini berasal dari bangsa Mongol. Invasi ini sukses mengambil alih Dinasti Koryo sekaligus mengambil alih kemurnian bangsa Korea melalui pemerkosaan para perempuannya. Semenjak saat itu, pengaruh bangsa Mongol pun merasuk ke Korea. Salah satu contohnya adalah merangseknya ajaran Konfusianisme yang menggantikan Buddhisme. Inilah masa-masa yang disebut dalam sejarah sebagai masa Dinasti Choson.

Dinasti Choson bertahan selama lima ratus tahun lamanya sampai pada tahun 1910 ketika Jepang memulai imperialismenya dan mengkoloni Korea. Dengan begitu, maka Korea dapat dikatakan sudah pernah diinvasi sebanyak tiga kali (pertama oleh China, kemudian Mongol, dan Jepang). Pemerintahan Jepang di Korea tidak dapat berjalan dengan lancar karena penduduk Korea karena mereka merasa bahwa orang Jepang berkedudukan jauh lebih rendah dari mereka. Alasannya adalah, secara historis mereka merasa bahwa orang Korea adalah yang bertanggung jawab membuat orang Jepang menjadi lebih beradab dengan cara memperkenalkan bahasa dan tulisan China yang sudah dimodifikasi pada orang Jepang. Perasaan ini bertahan sampai sekarang, sehingga orang Korea sangat sulit untuk menerima orang Jepang.

Seperti yang sudah diketahui, Jepang kalah dibom atom oleh AS pada tahun 1945 dan pihak sekutu memenangkan Perang Dunia ke-2. Korea yang pada waktu itu masih berada di bawah kolonialisasi Jepang pun dibagi antara AS dan Uni Soviet. Karena pada waktu itu, tentara AS kebanyakan berada di sebelah selatan Korea Selatan dan tentara Uni Soviet kebanyakan berada di sebelah Utara semenanjung Korea, maka diputuskan bahwa bagian selatan semenanjung Korea menjadi milik AS, sementara bagian sebelah utara semenanjung Korea menjadi milik Uni Soviet. Kedua wilayah tersebut kemudian dikenal dengan Korea Selatan dan Korea Utara. Terdapat perbedaan ideologis antara kedua wilayah tersebut, dimana Korea Selatan mengikuti ideologi kapitalisme AS sementara Korea Utara mengikuti ideologi komunisme Uni Soviet.

Pada akhirnya, pembagian semenanjung Korea berujung pada sebuah perang yang dikenal sejarah sebagai “Perang Korea.” Perang ini dimulai tahun 1950 dengan adanya pernyataan perang dari pemimpin tertinggi Korea Utara, yaitu Kim Il Sung. Besarnya kekuatan yang dimiliki oleh Korea Utara menyebabkan mereka berhasil mengokupasi hampir seluruh wilayah Korea Selatan. Takut akan kemungkinan seluruh wilayah Korea jatuh ke komunis, AS mengirimkan pasukan dengan dukungan PBB ke semenanjung Korea. Keadaan pun berbalik dimana ¾ wilayah semenanjung Korea akhirnya berhasil dikuasai oleh AS. Peristiwa ini pun membuat tetangga mereka, China tidak dapat tinggal diam, sehingga mereka mengirimkan pasukan tandingan ke Korea guna membuat balance of power di sana.

Perang Korea berakhir dengan adanya penentuan garis batas yang jelas antara Korea Utara dan Korea Selatan. Setelah perang tersebut, Kim Il Sung kemudian naik menjadi presiden Korea Utara dan memimpin sebagai diktator yang terus memberikan ancaman bagi Korea Selatan. Guna menangkal ancaman dari Korea Utara, Park Jung Hee pun naik menjadi presiden Korea Selatan dan memimpin dengan gaya diktator pula. Kepemimpinan Park Jung Hee kemudian berganti ke Jun Du Hwan, setelah Park terbunuh. Momen pergantian ini kemudian dimanfaatkan penduduk Korea Selatan untuk menyerukan keinginan mereka menerapkan demokrasi di Korea Selatan. Ribuan orang pun berkumpul dan berdemonstrasi besar-besaran. Momen ini kemudian berakhir dengan jatuhnya Jun dan diterapkannya demokrasi di Korea Selatan. Semenjak saat itulah, kedua negara tersebut berdiri dengan ideologi dan sistem pemerintahan yang berbeda dan memperkuat alasan mereka untuk membenci satu sama lain secara politis.

Tahun 2000 merupakan sebuah momen sejarah yang paling ditunggu-tunggu dimana untuk pertama kalinya diadakan pertemuan antara kedua pemimpin tertinggi Korea bertemu. Pertemuan ini menimbulkan harapan akan terciptanya perdamaian antara Korea Utara dan Korea Selatan serta jika memungkinkan, sebuah persatuan. Namun, harapan itu kembali memudar setelah kematian Kim Il Sung yang digantikan oleh Kim Jong Un, yang masih sangat muda dan mudah dipengaruhi untuk berperang, dan naiknya Park Geu Hen, presiden perempuan pertama Korea Selatan, yang merupakan anak dari Park Jung Hee, diktator pertama Korea Selatan. Pergantian kepemimpinan ini menimbulkan keraguan akan terciptanya perdamaian antara Korea Utara dan Korea Selatan, apalagi adanya penyatuan.

Comments

Popular posts from this blog

Hotel Rwanda Analysis; Peran Politisasi Etnisitas sebagai Pemicu Ethnic Cleansing di Rwanda Tahun1994

Dinamika Perubahan Norma Internasional (Review Makalah Finnemore dan Sikkink)

Pembentukan Regional Peacekeeping Operation untuk Mengatasi Isu Keamanan di ASEAN

Richard Devetak: Memahami Postmodernisme

Patriarki dan Perdagangan Manusia di Indonesia