Great Power in Pacific: United States


Ketika Obama berkunjung ke Australia dan menyatakan akan menaruh armada militer AS di pangkalan militer Darwin, dunia terkejut, tidak terkecuali Australia yang menerima AS sewaktu itu. Australia pada dasarnya telah menjalin sejumlah hubungan yang baik dengan rekan kulit kuningnya, China, dalam sejumlah perjanjian dagang. Tercatat ketika itu ekspor Australia ke China jauh lebih besar daripada ekspor Australia ke AS. Menerima kehadiran militer AS di pantainya sama artinya dengan mengusir China, yang merupakan saingan AS, dari negaranya. Pun begitu, Australia tidak dapat menolak kebijakan AS tersebut karena bagi AS merupakan sahabat lama yang telah banyak berjasa baginya. Kasus tersebut menunjukkan bagaimana negara Australia dan Pasifik menjadi rebutan kekuatan besar dunia. Suatu hal yang sebetulnya sudah terjadi semenjak lama.

Pada tahun 1850, Secretary of State Amerika Serikat, William Seward, mengatakan bahwa jika AS ingin menggantikan Britain menjadi negara dominan di dunia, maka AS harus menguasai kawasan pasifik (utara dan selatan). Hal inilah yang mengarahkan AS untuk membeli Alaska dari Russia agar dapat membuka rute menuju Pasifik. 48 tahun kemudian, AS berhasil menancapkan kukunya di Pasifik setelah mengalahkan Spanyol dalam Spanish American War. AS pun membentuk kekuatan politik bersama Australia, New Zealand, dan Chili untuk mendominasi Pasifik.

Pada masa Perang Dunia ke-2, wilayah pasifik secara harafiah benar-benar diperebutkan oleh seluruh negara yang berpartisipasi dalam perang tersebut. Perlu diingat bahwa perang di masa lalu adalah perang untuk memperebutkan wilayah teritorial. Siapa yang memiliki teritorial lebih besar, lebih banyak, dan lebih strategis akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk meletakkan pasukan, membangun markas, mengirim logistik, dsb yang dibutuhkan untuk memenangkan perang. Negara-negara Pasifik pun banyak yang kemudian dipergunakan sebagai basis pangkalan militer suatu negara tertentu. Terlihat jelas betapa Pasifik amat dimanfaatkan untuk kepentingan politik negara-negara sekutu dan axis. Hal ini menciptakan sentimen dari orang-orang Pasifik hari ini terhadap negara-negara yang terlibat dalam Perang Dunia ke-2. Suatu sentimen yang kemudian dimanfaatkan oleh China untuk memberikan keuntungan bagi mereka dalam membangun hubungan dengan negara-negara Pasifik.

Hari ini, kepentingan AS di Pasifik dapat dibagi menjadi lima. Pertama, AS menganggap bahwa Pasifik akan menjadi motor penggerak ekonomi global. Kedua, AS harus meminimalisir pengaruh China yang semakin kuat di Pasifik. Ketiga, AS ingin membangun hubungan bisnis yang baik dengan negara-negara Pasifik melalui keanggotannya di APEC dan TPP. Kepentingan ini lahir berkat gagalnya pemerintahan Bush dalam menyadari dan mengantisipasi menguatnya pengaruh China di Pasifik. Seperti kita ketahui, pemerintahan Bush amat terfokus pada usaha War on Terror, sehingga geostrategi AS dipusatkan di Timur Tengah, mengabaikan wilayah Pasifik sama sekali untuk kemudian diambil oleh China secara diam-diam. Ketika Obama memimpin, semua sudah terlambat, China sudah memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan ASEAN, China sudah menjalin hubungan dagang dengan sejumlah negara Pasifik Selatan, bahkan terlibat langsung dalam pembuatan kebijakan Pacific Islands Development. AS pun merasa tertampar dengan kehadiran China yang diam-diam itu, sehingga ketika Obama kembali memusatkan geostrategi AS ke Pasifik, langkah pertama yang dilakukan adalah pengerahan pasukan militer untuk bercokol di Darwin, Australia, yang pretty much berhasil membuat China kurang leluasa dalam bermanuver di Pasifik.

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana Menjadikan Demokratisasi sebagai Agenda Politik Luar Negeri akan menjadi Masalah

Donald E. Weatherbee: 50 Tahun ASEAN Bukanlah Indikator Keberhasilan Regionalisme

Politik Luar Negeri

Kemerosotan Norma Keamanan Manusia dalam Kebijakan Imigrasi Australia Pasca-1992

Awal dari Kejatuhan: Perkembangan Diskursus Anti-Komunisme di Ruang Publik Vietnam Pasca-Doi Moi