Konflik-Konflik di Asia Selatan


Asia Selatan adalah sebuah kawasan yang terletak di sebelah selatan dari benua Asia. Delapan negara berada di dalam kawasan ini: Pakistan, Nepal, Bhutan, India, Maladewa, Sri Lanka, Bangladesh, dan Afghanistan. Dari seluruh negara tersebut, India terbukti menjadi yang paling dominan dalam semua aspek, baik wilayah, populasi, ekonomi, politik, militer, dsb. Kendati demikian, India tidak lantas menjadi pemimpin bagi kawasan tersebut karena hubungan antara negara-negara Asia Selatan lebih banyak diwarnai oleh konflik daripada kerjasama dan kehadiran Pakistan yang mampu mengimbangi kekuatan India dengan memiliki nuklir. Kondisi rentan konflik yang ada di Asia Selatan tercipta akibat peninggalan historis kolonialisme Inggris yang membuat garis batas seenaknya, menggabungkan dua atau lebih etnis yang saling berlawanan dalam satu teritorial. Dalam tulisan ini akan dijelaskan secara singkat beberapa konflik yang notable di Asia Selatan.

1.Huru-Hara Politik di Bangladesh


Bangladesh, salah satu negara yang menderita kemiskinan parah menurut standar World Bank, adalah negara yang lahir dengan memisahkan diri dari Pakistan. Pemerintahan mereka menggunakan ideologi sekular, sangat berlawanan dengan pemerintahan Pakistan yang berbasiskan Sharia. Di dalam Bangladesh, terdapat dua partai yang selalu berseteru satu sama lain – Bangladesh National Party dan Awami League. Begitu parahnya perseteruan di antara kedua partai tersebut sampai-sampai sebuah pemerintahan dapat dikudeta sampai lebih dari dua puluh kali dalam kurun waktu 1977-1980. Usaha kudeta pun masih kerap terjadi di Bangladesh hari ini.

Situasi politik yang tidak stabil semacam itu menyebabkan kebijakan-kebijakan kesejahteraan yang dicanangkan negara tidak berjalan, menyebabkan kemiskinan akut, kurangnya infrastruktur, dan tingkat edukasi yang rendah. Namun hebatnya, kondisi semacam itulah yang membuat berbagai pemikir ternama dunia terkait kemiskinan dapat lahir. Muhammad Yunus, pemenang Nobel Perdamaian yang mendapatkan hadiah tersebut berkat konsep microfinance yang diterapkannya di Bangladesh. Dia membuka Grameen Bank dimana setiap orang dapat meminjam tanpa agunan sama sekali untuk tujuan membuka usaha. Hasilnya luar biasa, dan warga Bangladesh cukup terbantu dengan hal itu.

2.Konflik Kashmir


Kashmir adalah sebuah wilayah yang terletak di sebelah Barat Laut India, diapit oleh Pakistan di sebelah Barat dan China di sebelah Timur. Kashmir terkenal akan kesuburan tanahnya dan nilai historis tak ternilai yang ada di sana, membuatnya mendapat julukan Surga di Bumi. Kondisi geografis itulah yang membuat Kashmir menjadi perebutan antara negara-negara yang mengapitnya. Konflik menjadi semakin panas semenjak Pakistan memisahkan diri dari India, membuat daftar negara yang memperebutkan Kashmir bertambah. Pakistan dan India pun mulai membuat nuklir untuk mengimbangi China dalam hal posisi tawar, sehingga kondisi ‘Perang Dingin’ pun tercipta di sana. Namun yang paling parah tentunya adalah perang di antara India dan Pakistan. Kedua negara tersebut memang bermasalah secara historis. Berulang kali mereka melakukan uji coba nuklir untuk saling menunjukkan kekuatannya, Perang Dingin mungkin memang benar-benar terjadi di sana.

3. Terorisme


Taliban dan Al-Qaeda adalah dua terduga kelompok teroris yang diduga bermarkas di kawasan Asia Selatan. Taliban diduga ada di Pakistan, sementara Al-Qaeda ada di Afghanistan. Mereka kerap menggunakan cara-cara kasar untuk menunjukkan kekuatan politiknya. Taliban bahkan dengan garang menguasai beberapa desa di Pakistan dan menerapkan hukum Sharia ultrakonservatif di sana yang berarti perempuan tidak boleh keluar rumah, harus memakai Burqa, laki-laki harus berjanggut, tidak boleh menonton TV, tidak boleh mendengarkan musik, tidak boleh punya laptop, dsb, dsb, dsb. Beberapa waktu yang lalu, salah seorang anak perempuan di Pakistan ditembak karena dia ngotot untuk tetap bersekolah. Namanya adalah Malala Yasoufzai yang kemudian menjadi simbol pemersatu warga Pakistan untuk melawan Taliban.

Amerika Serikat sebagai pendeklarasi War on Terror tentunya tidak tinggal diam. Mereka mengirim beberapa pasukan khusus ke sana untuk membasmi terduga teroris. Perang pun berkecamuk, bom meledak dimana-mana, jutaan warga mengungsi, sepertinya memang warga Asia Selatan amat sulit untuk hidup tanpa konflik. Walau demikian, sejarah menunjukkan bahwa kemarahan AS terhadap Al-Qaeda dan Taliban juga memiliki faktor historis sendiri. Pada masa Perang Dingin, AS sempat membiayai kelompok mujahidin yang menjadi cikal bakal organisasi terduga teroris tersebut untuk membendung Komunisme. Ketika kedua kelompok tersebut tidak memenuhi ekspektasi AS, mereka pun melancarkan kemarahannya dan hasilnya cukup mengerikan.

4. Konflik Pengaturan Air


Antara India dan Bangladesh dilalui sebuah sungai yang amat panjang, namanya adalah Sungai Gangga. Keadaan geografis ini menjadi menyulitkan karena mau tidak mau kedua negara harus saling berbagi sumber daya alam tersebut. Tentu saja, tidak ada negara yang mau berbagi, itu jelas tidak mungkin, maka dibuatlah sebuah perjanjian di antara India dan Bangladesh. Perjanjian tersebut mencakup soal buka-tutup kanal Sungai Gangga. Namun tentu saja, tidak ada negara dominan yang cukup bodoh untuk mengikuti syarat negara yang lebih lemah darinya, India pun melanggar perjanjian tersebut secara sepihak. Ketika sungai Gangga sedang banjir, kanal dibuka, mengakibatkan Bangladesh terkena banjir. Ketika sungai Gangga sedang kering, kanal ditutup, mengakibatkan Bangladesh tidak mendapat air. Situasi ini menyebabkan konflik di antara kedua negara.

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana Menjadikan Demokratisasi sebagai Agenda Politik Luar Negeri akan menjadi Masalah

Donald E. Weatherbee: 50 Tahun ASEAN Bukanlah Indikator Keberhasilan Regionalisme

Politik Luar Negeri

Kemerosotan Norma Keamanan Manusia dalam Kebijakan Imigrasi Australia Pasca-1992

Awal dari Kejatuhan: Perkembangan Diskursus Anti-Komunisme di Ruang Publik Vietnam Pasca-Doi Moi