Literature Review: The Lessons of Kargil as Learned by India


Hingga saat ini, Perang Kargil adalah satu-satunya kasus perang konvensional yang terjadi di antara negara pemilik nuklir. Begitu uniknya situasi yang ada pada Perang Kargil, sehingga Pertempuran yang melibatkan India dan Pakistan di wilayah India yang bernama Kargil tersebut menimbulkan berbagai asumsi baru dalam teori deterrence dan memberikan alasan yang kuat bagi kedua negara untuk mengubah kebijakan keamanannya. Rajesh M. Basrur, dalam tulisannya The Lessons of Kargil as Learned by India, mencoba menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi pada kebijakan keamanan India setelah Perang Kargil. Rajesh menemukan bahwa terdapat dua bidang yang mengalami perubahan paling fundamental, yaitu bidang organisasional dan bidang strategis.

Dalam bidang organisasional, Rajesh menjelaskan bahwa India setelah Perang Kargil menjadi sadar akan ketidakmampuan mereka dalam menghadapi infiltrasi militer dari negara tetangganya. India menyadari bahwa ketidakmampuan ini disebabkan oleh buruknya intelijen dan manajemen perbatasan yang dimiliki oleh India. Atas rekomendasi dari Kargil Review Committee, badan bentukan negara yang ditugaskan untuk menganalisa Perang Kargil, India melakukan berbagai perubahan untuk memperbaiki kedua unit yang dibahas oleh Kargil Review Committee. Untuk memperbaiki intelijen, India membeli pesawat terbang tanpa awak baru dari Israel, meluncurkan satelit dengan teknologi tercanggih untuk meningkatkan kemampuan pengumpulan informasi, dan membentuk sejumlah organisasi intelijen baru yang memiliki pola kerja baru dan budget yang lebih besar dari organisasi intelijen yang pernah ada di India. Hal yang sama juga dilakukan pada manajemen perbatasan dengan India melakukan penambahan personnel dan budget pada pasukan-pasukan penjaga perbatasan India, bahkan sampai membentuk satuan khusus penjaga perbatasan yang terdiri dari sukarelawan-sukarelawan di sejumlah desa di India.

Dalam bidang strategis, Rajesh menjelaskan bahwa India setelah Perang Kargil menyadari bahwa mereka telah melakukan kesalahan dalam memformulasikan strategi mereka terhadap Pakistan. Mereka sadar bahwa mereka telah bersikap terlalu lunak terhadap Pakistan, kurang tegas dalam menyikapi red line antara India dan Pakistan, dan terlalu percaya bahwa senjata nuklir akan mampu menangkal perang antara India dan Pakistan. Hal ini berdampak pada perubahan fundamental dalam strategi India menghadapi Pakistan dari sebelumnya masih menganggap Pakistan sebagai negara tetangga yang harus dijaga hubungan baiknya, menjadi menganggap Pakistan sebagai musuh yang sama sekali tak dapat dipercayai. India pun mulai mengumpulkan dukungan dari komunitas internasional untuk semakin mempertegas bahwa Pakistanlah yang pertama melanggar red line antara India dan Pakistan, sehingga mengurangi akses Pakistan ke komunitas internasional. Terakhir, India yang menyadari bahwa senjata nuklir hanya mampu menangkal perang nuklir dan tidak selalu mampu menangkal perang konvensional mulai memikirkan ulang strategi nuclear deterrence mereka.

Di akhir tulisannya, Rajesh menyimpulkan bahwa India masih belum sepenuhnya belajar dari Perang Kargil. Berbagai perubahan yang terjadi pada kebijakan keamanan India pasca-Kargil lebih didasarkan pada faktor keterkejutan, dibandingkan faktor ilmiah. Hal ini menyebabkan berbagai masalah yang terjadi sebelum Perang Kargil masih tersisa di India hari ini. Contohnya adalah masih banyaknya serangan teroris di wilayah perbatasan India yang dapat memudahkan akses bagi penyusup dari negara tetangga. Hal ini semata-mata karena penerapan manajemen perbatasan yang semakin ditingkatkan pasca-Kargil masih belum sepenuhnya efektif. Hubungan antara India dan Pakistan yang sudah buruk sebelum Perang Kargil menjadi semakin buruk sesudahnya dengan India banyak menolak tawaran diplomasi yang diberikan oleh Pakistan. Kalaupun ada catatan positif yang dihasilkan dari perubahan kebijakan keamanan India pasca-Kargil, Rajesh mengatakan bahwa hal tersebut hanya ada perhatian India yang lebih baik terhadap pengorganisasian organisasi keamanannya. Pun demikian, dengan masih banyaknya masalah yang tidak diselesaikan oleh India dengan perubahan kebijakan yang didasarkan oleh keterkejutan ini, maka Rajesh menyimpulkan bahwa Perang Kargil belum banyak memberikan pelajaran bagi India.

Tulisan Rajesh M. Basrur tersebut telah memberikan gambaran jelas mengenai perubahan kebijakan keamanan India pasca-Kargil. Rajesh menulisnya dengan sangat faktual, sehingga saya dapat memiliki pemahaman yang terperinci mengenai perubahan-perubahan apa saja yang terjadi di India pasca-Kargil. Namun, tulisannya yang amat faktual itu membuat saya seolah membaca sebuah report yang ditulis oleh International Crisis Group dibandingkan sebuah tulisan ilmiah yang ditulis seorang professor yang berasal dari RSIS. Tulisan Rajesh terlalu banyak memaparkan fakta dan terlalu minim memberikan analisis terhadap fakta-fakta tersebut. Ketika Rajesh memiliki kesempatan untuk memberikan analisisnya terhadap suatu fakta, Rajesh malah menyerahkannya kepada kutipan Kargil Committe Review dan membiarkan saya untuk menerka-nerka sendiri apa yang ingin disampaikan oleh Rajesh. Walaupun begitu, tulisan Rajesh tetap bermanfaat untuk pembaca yang ingin mencari data terkait kebijakan keamanan India pasca-Kargil.

Comments

Popular posts from this blog

Bahasa Arab dan pengaruhnya terhadap Bahasa Indonesia

Organisasi Regional

Memahami Konstruktivisme

Calon dan Kriteria Negara Maju di Kawasan Asia (Kriteria 1: Penerapan Pasar Bebas)

Sejarah dan Praktek Regionalisme Asia Tenggara